Pertama kali, aku melihatmu. Sosok gadis remaja berseragam putih biru, dengan rambut legam panjang sebahu yang dikuncir satu. Sekilas senyummu menyapa mataku. Dua lesung pipit betah bersembunyi di pipimu, dan aku mengingat itu.
"Arin!"
Sekilas kau melirik padaku. Sedikit tertunduk, kau bergegas melangkah menuju sumber suara. Saat itu juga, pertama kali aku tahu dan mendengar nama indahmu. Dan kau pun tahu namaku. Saat kita berdua, kembali bersisian. Namun kali ini tidak duduk di kursi, tapi berdiri.
"Pinjam pulpen, Rin!"
Aku tahu kau terkejut, tapi menyerahkan pulpen di tanganmu padaku. Dan akupun tak peduli. Saat itu, aku harus mengisi formulir pendafaran. Sosok ibu berseragam batik yang duduk di hadapku, tersenyum sambil gelengkan kepala.
"Bagaimana mau sekolah? Kalau pulpen aja gak dibawa?"
"Kan, baru mendaftar, Bu?"
Jawaban spontanku, mengundang tawa. Kau juga ibu yang barusan bicara padaku. Aku belum tahu, apakah seorang guru atau karyawan sekolah
"Kenapa pilih sekolah ini?"
"Biar belajarnya di sini, Bu!"
"Maksud Ibu..."