"Yang terakhir?"
"Hah?"
"Pertanyaan itu, untuk Nunik, kan?"
"Oh!"
"Mas sengaja, kan?"
Akhirnya, aku mengerti sebab tangismu. Soal essay tadi! Alasanku saja, itu pertanyaan cadangan. Kukira kau tak fikirkan itu, hingga aku pergi ke masjid. Tak ada tanda kau terpengaruh. Kau tatap mataku. Kembali hadir bulir bening di sudut matamu. Kuusap pelan kepalamu.
"Gak usah dipikir! Sambil bertahan. Kita cari jalan!"
"Nik merasa bersalah, Mas!"
"Mas juga belum bisa..."
Kau tutup mulutku dengan dua tanganmu. Aku terdiam. Kau gelengkan kepala. Bulir beningmu mengalir deras. Perlahan kulepaskan tanganmu.
"Gak usah dibahas, ya?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!