"Hah?"
"Amak juga lihat!"
"Gak ada apa-apa, Mas!"
"Nik!"
Kau tersentak. Segera menatapku. Nada itu, jarang kugunakan. Kau pun tahu adatku. Itu bermakna tuntutan. Harus kau ujarkan.
"Mas kecewa, kan?"
"Tentang apa?"
"Nik belum bilang ke ayah! Kalau..."
Kau hentikan kalimatmu. Aku diam. Kerutkan dahiku. Memutar ulang rekam benakku. Menyigi ujar juga sikapku. Sejak kau dating, hingga aku pulang dari masjid. Kukira tak sepatah katapun berbincang tentang ayahmu.
"Mas siaran malam kemarin, kan?"
"Iya!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!