"Napak tilas! Mau, kan?"
"Hah?"
Kuanggukkan kepala. Kau menatapku. Tapi diam, segera lemparkan pandang keluar jendela. Bis kota sudah lintasi jembatan di dekat GOR Agus Salim. Sesaat lagi, lalui jalan Sudirman. Kau ubah posisi dudukmu. Kali ini, tanganmu merengkuh lenganku. Aku tertawa. Kau tundukkan wajahmu. Malu. Tapi tak kau lepas rengkuhmu.
Kuhentikan bis kota di halte. Seberang Kantor Bank Indonesia. Kau dan aku bertukar kendaraan. Bis kampus warna ungu dan biru sudah menunggu. Kau dan aku duduk di bangku belakang. Ahirnya tertawa, saat berulang kali irama klakson dibunyikan. Aku hafal nada itu. Dari kaca spion sopir, wajah temanku tertawa lebar. Kuangkat tangan kanan. Bus kampus bergerak tinggalkan halte.
Tak kukenal kondekturnya. Tapi, anggukkan kepala melewatiku. Menolak saat kuajukan ongkos. Kukira, aturan pertemanan masih berlaku. Walau enam bulan, kutinggalkan Kota Padang. Kau gelengkan kepala. Aku tersenyum angkat bahu.
Bis kampus lewati RS. M Jamil. Berbelok ke kiri. Segera menuju Anduring. Kau terkejut. Saat aku berdiri. Bergerak ke pintu depan. Keluarkan rokok, kuserahkan pada kondektur. Sedikit ragu kondektur menatapku.
"Ambil ini!"
"Gak, Bang! Makasih!"
"Merokok, kan?"
"Iya!"
"Ambil atau aku..."