"Mas yang ajak, kan?"
"Nik mau ke..."
"Terserah! Nik ikut Mas!"
Itu khasmu. Kuacak kepalamu. Kau tersenyum. Kuarahkan langkah ke arah kanan. Kau di sisiku. Ikuti jalur keluar jalan Cendrawasih. Matahari pagi, mulai tunjukkan kuasa. Kuraih tanganmu saat seberangi jalan. Sesaat menunggu di Simpang Tunggul Hitam. Kuhentikan bis kota. Kau dan aku segera naiki. Duduk bersisian.
Bis kota bergerak lambat. Sesaat berhenti di Minang Plaza. Kemudian lintasi jembatan. Berbelok ke kiri. Mulai lalui Jalan Khatib Sulaiman. Penumpang pagi itu sepi. Pun tak ada musik dari speaker bis kota. Kau sandarkan tubuhmu. Di sisi jendela. Tanganmu memegang tanganku.
"Ke Unand, mau?"
"Pasti ngantin!"
"Haha..."
"Mas rindu kantin?"
"Gak!"
"Terus?"