"Haha..."
"Cuma punya ilmu bebal!"
"Memang!"
Kau tertawa. Aku tersenyum. Juga lega. Tadi aku sempat khawatir. Saat kau terburu ingin pulang. Kukira sesuatu terjadi padamu. Dari ceritamu di warung bakso. Hingga duduk di beranda. Khawatirku tak beralasan.
"Kenapa Mas beda, di kampung Amak kemaren!"
"Hah?"
"Iya!"
"Beda Apa?"
"Menjauh dari Nunik. Juga banyak diam! Padahal..."
Akhirnya! Tak perlu kutanya. Terkadang, lebih baik memilih menunggu. Aku tersenyum menatapmu. Nyalakan lagi sebatang rokok. Kau balas tatapku sambil bersandar di bahu bangku.
"Mas..."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!