"Kenapa?"
"Udah traktir!"
"Nunik juga ditraktir, kok!"
"Hah?"
"Catatannya ada. Tapi Nik lupa! Kan, Mas gak pernah lagi..."
Kuajukan jari telunjuk ke mulutku. Memintamu berhenti. Kau tersenyum. Gelengkan kepala. Kuraih tanganmu. Kau terkejut, ingin melepas. Namun segera mengerti. Lalulintas jelang maghrib itu ramai.
Kau ikuti langkahku seberangi jalan. Kulepaskan tanganmu, saat memasuki halaman masjid. Adzan maghrib berkumandang. Penuhi udara. Iringi senja.
Usai maghrib. Keluar dari masjid, kuhentikan angkot putih jurusan Labor. Kau dan aku segera naik. Angkot penuh sesak. Sepanjang jalan. Penumpang silih berganti. Naik dan turun. Tak ada ruang untuk bicara. Kau dan aku hanya duduk dalam diam.
Cuaca kota Padang cerah malam minggu itu. Juga di beranda rumah kostmu. Sejak tadi, aku duduk sendiri. Terdengar riuh ketika kau masuki pintu rumah. Agak lama aku menunggu. Akhirnya kau hadir dari balik pintu. Sudah berganti baju. Duduk di sebelahku.
"Maaf, Mas! Lama, ya?"
"Lumayan! Setengah batang rokok!"