Kau masih tertawa. Di dalam angkot. Sepasang penumpang lainnya. Kukira seumuran anak SMA. Tunjukkan wajah ingin tahu. Kau tertunduk, menahan tawamu. Berusaha untuk diam. Aku berbisik pelan.
"Ketawa jangan lama-lama!"
"Haha..."
"Eh?"
"Amak bilang apa, Mas?"
"Nunik cantik!"
"Bohong, kan?"
"Iya!"
Tawamu berhenti. Kurasakan perih di pinggang. Gantian! Sekarang aku yang tertawa. Empat pasang mata terheran menatapku. Kuanggukkan kepala kepada mereka berdua.
"Boleh, kalau mau ikut tertawa..."
Pasangan itu bertukar pandang. Sambil tersenyum. Tapi tak bisa ditahan. Akhirnya, tertawa malu. Dan segera alihkan padangan dari kau dan aku. Plak! Pukulanmu singgah di lenganku.