Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Those Three Words" [10]

30 Agustus 2019   08:15 Diperbarui: 30 Agustus 2019   08:16 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tadi kau diam. Tertinggal detik yang iringi detak laju lalu. Tak kuusik. Aku mengerti inginmu. Dari kisah juga impianmu. Kau bingkai keindahan esok. Kau ujarkan. Pun kau goreskan. Dengan tanganmu pada berlembar surat.

Bagiku, memulai esok harus lalui waktu. Tapi kau reka esok dengan kondisimu saat itu. Tak kubiarkan. Hal itu bebanimu.


"Kapan pertama kali bertemu?"

"Hah!"

"Nik, Ingat?"

"Kelas satu MTs?"

"Pas tamat. Berpisah, kan?"

"Iya! Empat tahun."

"Tanpa berita! Nik di Bengkulu. Mas ke Padang Panjang!"

"Mas..."

"Kapan bertemu lagi?"

"Nik gak mau..."

"Jawab aja!"

Mengerti arah tanyaku. Kau gelengkan kepala. Tanganmu, mencekal erat lenganku. Aku tahu, kau tak mau mengeja kisah lalu. Aku diam menunggu jawabmu.

"Usai libur lebaran, Mas! Di terminal!"

"Terus?"

"Kita satu bus! Mas berhenti di Padang Panjang. Kemudian..."

"Ceritakan!"

"Mas kirim surat. Kalau..."

Kau terdiam. Bahumu bergerak pelan. Kau coba menahan sesakmu. Kembali gelengkan kepala. Wajahmu tak berpaling dariku. Tapi pertahananmu usai. Beningmu isyaratkan itu.

"Mas tulis kata cinta?"

"Gak!"

"Sayang?"

"Jangan tanya lagi! Mas, Nik minta maaf kalau..."

"Mas tulis apa?"

"Nunik..."

"Jawab!"

Itu aku! Suaraku lugas. Kau tahu. Tak lagi ada ruang, untukmu berlari. Kau harus ikuti alurku. Menjawab tanyaku. Adatku, jika kumulai. Kuselesaikan. Nada suaramu bergetar.


"Mas tulis. Kalau ingin..."

"Apa?"

"Miliki Nunik!"

Tetiba. Kau raih tanganku. Ajukan ke dahimu. Berkali kau gelengkan kepala. Kurasakan beningmu, basahi tanganku. Sunyi temani tangismu. Kutarik pelan tanganku. Kau terkejut menatapku. Harus kutuntaskan.

"Waktu itu. Nunik percaya?"

"Mas..."

"Jawablah!"

"Iya..."

"Empat tahun terpisah? Dan tak pernah..."

"Nik percaya, Mas!"

"Kenapa?"

Sesaat matamu terpejam. Kau sandarkan tubuhmu. Itu akhir pertanyaanku. Takkan pernah ada jawabmu. Kau diam menatapku. Kunyalakan rokok terakhir. Meraih gelas di meja. Kureguk isinya. Habis tak bersisa.

Kuraih kantong plastik berisi jubah. Bangkit dari bangku. Kau mengerti. Sudah di ujung waktu. Sedikit enggan, kau ikuti langkahku. Hingga di sisi pagar. Aku berdiri di hadapmu.


"Keinginan itu, Tak akan berubah!"

zaldychan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun