"Maafkan Nunik, Mas!"
"Untuk?"
"Nik..."
"Kenapa?"
"Akan bersama Mas. Sampai kapan pun!"
Tak lagi kau tutupi, wajahmu juga tangismu. Kau biarkan bulir itu. Basahi dan ikuti alur pipimu. Lekat kutatap wajahmu. Ada sesuatu yang tak kumengerti. Berkali kau ingin. Malam itu. Mulutmu berucap, kalimat bermakna janji.
Kuusap pelan kepalamu. Kureguk kopi dalam diam. Kubiarkan kau tenangkan rasamu. Kuulangi kejadian sejak pagi. Tak banyak. Waktu kau dan aku untuk bicara. Lebih banyak waktumu, bersama Amak juga Abak. Hingga kau kuantar pulang.
Aku menunggu berhenti tangismu. Hingga kau angkat wajahmu, menatapku.
"Sudah?"
Kau usap matamu. Aku diam. Menatapmu lama. Hingga cubitmu hadir di lengan kiriku. Kau tersenyum. Plak! Tak puas, kau pukul bahuku.
"Lah?"