"Iya!"
Kau berdiri. Masuk lagi ke rumah. Kembali dengan bundel map di tangan. Aku jadi tahu. Saat draft skripsimu, kau ajukan padaku juga pensil. Itu kebiasaanku. Ada saja yang kucoret atau dilingkari. Tak lagi bicara, aku mulai membaca draft skripsimu. Kau diam menunggu. Tanganmu memegang kertas dan pena.
Adzan isya sudah sejak tadi. Kuserahkan draft skripsi padamu. Wajahmu cemberut. Terpaksa menerima hasil coretanku. Kertas di tanganmu juga nyaris penuh. Kau simpan dalam map dan kau letakkan di meja. Kureguk kopi. Kembali menyalakan rokok. Kau bersandar menatapku.
"Masih banyak kan, Mas?"
"Gak! Perkuat landasan teori aja!"
"Susah cari bukunya!"
"Nanti Mas temani!"
"Belum lagi pembimbing susah ditemui! Sepertinya, gak bisa cepat, Mas!"
Aku menatapmu. Kau tertunduk. Aku mengerti. Fokusmu bukan selesaikan skripsi. Kuusap kepalamu.
"Biar tenang dulu, baru kerjakan! Jangan asal sudah!"
"Tapi..."