Tinggalkan Warung Bude hampir maghrib. Kau dan aku naiki bis kota. Berhenti di Simpang Tiga Tunggul Hitam. Tergesa, berjalan masuki Cendrawasih. Aku mampir di masjid. Kau teruskan langkah. Pulang ke rumahmu.
Usai maghrib. Kau menungguku di beranda. Tersenyum saat kuucap salam. Aku segera duduk di sisimu. Kau menatapku. Kunyalakan sebatang rokok.
"Minum teh, ya?"
"Kopinya habis?"
"Tadi di kantin ngopi. Di Warung Bude juga! Sekarang..."
"Buatan Nunik belum, kan?"
Tak lagi bicara. Kau beranjak ke dalam rumah. Tak lama, tanganmu sudah membawa segelas kopi juga asbak. Sambil tertawa, kau ajukan ke hadap dudukku.
"Sudah disiapkan?"
"Iya!"
"Kenapa nanya?"
"Siapa tahu bisa nego!"