"Kopinya kurang?"
"Bukan?"
"Jadi?"
"Nik lupa tawari. Tapi Mas udah minum!"
"Iiih..."
Duet jari wakili rasa jengkelmu. Kali ini perih. Aku tertawa. Kau juga. Halaman rumah, masih dipenuhi gerimis. Tapi cahaya mentari mulai tampakkan diri. Kunyalakan rokok. Wajahmu penuh senyum. Perlahan berubah menjadi tawa.
"Lah? Malah ketawa sendiri!"
"Haha..."
"Sisakan untuk nanti!"
"Gegara Mas!"
"Haha..."
"Semoga gak hujan lagi, ya Mas?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!