"Iya!"
"Sampai kapan? Nik belum pernah..."
"Di surat?"
"Beda!"
"Iya! Beda..."
"Iiih..."
Tetiba kurasakan perih. Genggamanku terlepas. Jari tanganmu singgah di lengan kiriku. Kureguk sisa kopiku. Kau segera lihat jam di tangan kirimu. Kau ajukan ke wajahku. Aku tertawa. Masih setengah jam lagi. Ke angka sembilan. Itu caramu. Melarang pulang.
"Mas belum mau pulang!"
"Kenapa habiskan kopi?"
"Kenapa gelasnya kecil?"
"Eh? Nik buat lagi, ya?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!