"Mas tidak akan..."
"Tidak!"
"Mas mau tunggu Nunik?"
Kalimatmu terhenti. Tetiba, dua tanganmu. menggenggam erat tangan kiriku. Aku tersenyum. Anggukkan kepala. Matamu lekat menatap mataku. Kukira mencari sesuatu di mataku. Kubiarkan inginmu.
Udara malam terasa dingin. Hujan mulai reda. Tapi tidak di beranda. Mendung menggantung genting di pelupuk matamu. Aku jadi tahu. Kau sudah fikirkan lampaui waktu. Kebersamaan kau dan aku.
"Mas mengerti kalau Nik khawatir! Sekarang, Nik selesai dulu..."
"Kuliah Nunik..."
"Harus selesai!"
"Mas!"
"Itu tanggungjawab Nunik sebagai anak! Mau, kan?"
"Iya."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!