"Mau hujan, Bang! Padahal malam minggu!"
"Iya!"
Aku dan sopir angkot, menikmati perjalanan dengan diam. Ditemani kepulan asap rokok. Tak lagi bicara. Hingga berhenti di jalan Permindo. Kubayar ongkos, segera turun. Angkot berlalu. Tak perlu menunggu. Lagi, kuhentikan biskota. Masih ada satu bangku kosong. Aku segera duduk.
Berkali biskota berhenti di halte. Telusuri Khatib Sulaiman. Lalui Kantor Gubernur. Berbelok ke kanan, lewati jembatan. Berhenti sesaat di Simpang Labor. Bergerak lagi. Hingga kuhentikan di pertigaan Jalan Cendrawasih.
Gerimis sudah mulai turun. Tergesa langkah kakiku, menuju rumah kostmu. Adzan isya terdengar. Saat kumasuki pagar. Ibu kost melihatku, ketika akan menutup jendela namun batal. Ibu kost tersenyum, saat aku melangkah ke beranda dan berucap salam.
"Selamat, ya?"
"Makasih, Bu!"
"Wisuda bulan depan?"
"Insyaallah!"
"Syukurlah! Kalian berdua memang..."
Tak ada kalimat lanjutan. Hanya senyuman. Tak lagi bersuara. Ibu kos berbalik badan. Berjalan dan lenyap di balik pintu. Aku berdiri diam. Menduga arah kalimat yang terputus. Tetiba dari balik pintu, muncul kepala ibu kost. Berusaha menahan tawa.