Usai makan. Kau tak mau diantar pulang. Kuajak ke Taman Imam Bonjol. Kau banyak diam. Saat duduk bersisian di bawah rindang pohon. Beralaskan sandal. Hanya rengkuh tanganmu di lenganku.
Sejak turun dari angkot. Hingga berjalan sampai ke taman. Diammu adalah jawaban untukku.
'Nik kenapa?"
"Hah?"
"Dari tadi banyak diam?"
Kau menunduk. Mainkan ujung jilbabmu. Itu tanda bagiku. Kau lagi memilih kalimat. Kunyalakan rokok. Kupandangi wajahmu. Menunggu. Perlahan kau angkat wajahmu. Tapi tak menatapku.
"Mas mau janji?"
"Untuk?"
"Nunik..."
Suaramu lenyap. Kau berusaha menahan tangismu. Berganti segukan tipis. Tak ada yang bisa kulakukan. Kubiarkan, kau berdamai dengan rasamu.
Udara hangat naungi Kota Padang. Taman masih sepi. Seperti jarak antara kau dan aku. Ada beberapa pedagang keliling, menunggu sore. Kau menatapku. Aku tersenyum.
"Udah selesai?"
"Eh?"
"Nangisnya?"
Senyummu hadir. Kau rapikan jilbabmu. Kuacak lagi. Kembali kau rapikan. Kuacak lagi. Kau berpindah duduk. Ke hadapku. Aku tertawa. Kali ini, kubiarkan agar jilbabmu rapi.
"Hari ini. Gak ada tangis lagi, bisa?"
Tak ada jawabmu. Kau pandang aku. Matamu mencari sesuatu. Kubiarkan maumu. Aku diam.
"Mas ngantuk?"
"Haha..."
"Kok ketawa?"
"Coba jawab pertanyaan Mas! Nik sebenarnya mau ngomong apa?"
"Mata Mas merah..."
Aku diam. Mataku menatap lurus padamu. Bertahun lalui waktu bersama. Kau tak bisa sembunyi dariku. Kau pun tahu itu.
"Nik mau Mas janji apa?"
"Mas tak mau, kan?"
"Tentang?"
'Belum saatnya!"
"Nik..."
"Biarlah!"
Kau lempar pandang ke lapangan bola. Aku masih menatapmu. Ada jeda waktu. Lalui sunyi, antara kau dan aku. Tak lagi bicara. Kuraih jemarimu. Kau terkejut. Jemarimu kugenggam erat. Kau tatap mataku. Bening itu hampir jatuh di sudut matamu.
"Ada apa?"
"Nik takut..."
"Kenapa?"
"Kalau Mas..."
Kau tarik tanganmu. Sambil gelengkan kepala. Segera tutupi wajahmu. Aku jadi mengerti. Kau tak bisa ujarkan. Bukan lagi rasa, tapi asamu. Sekali lagi. Hari itu, kubiarkan kau salami hatimu.
Tak lama. Aku berdiri sambil meraih tanganmu. Kuajak berdiri. Kau terkejut. Perlahan kau bangkit dari dudukmu. Berdiri di hadapku. Kuusap pelan kepalamu.
"Mas antar pulang, ya?"
'Nik belum..."
"Mas ngantuk!"
Pelan. Kau angguk kepala. Samai langkahku. Berjalan di sisi kiriku. Perlahan, aku menunduk. Nyaris berbisik ke telingamu.
"Jangan minta janji! Do'akan Mas! Agar bisa buktikan, Nunik milik Mas!"
#Nik
#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay #SpeakYourMind #UnforgettableMoment
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI