Tak Mampu Membeli, Membaca Bola Bermodal 500 Rupiah.
Pertengahan tahun 90-an, aku melanjutkan sekolah ke Padang Panjang. Sebagai anak sekolah yang merantau, dengan kemampuan biaya pas-pasan, kebiasaan membaca Bola kuteruskan dengan cara sewa-baca, cukup  dengan uang 500 rupiah.Â
Apalagi saat itu, tak lagi menjadi sisipan halaman Kompas, namun sudah menjadi tabloid mandiri
Saat meneruskan kuliah di Padang, kebiasaan itu terus berlanjut. Blok A lantai II Pasar Raya Padang adalah tempat favorit. Di sana tersedia los-los baca yang menyewakan koran, komik dan novel.Â
Termasuk Ko Ping Hoo (Masa itu, siapa yang tahu Ko Ping Ho?). Juga menjual buku-buku bekas. Bercampur dengan lokasi aneka jual-beli burung. Bayangkan membaca ditemani kicauan aneka burung! Aih, kenangan menyenangkan.
Cara Mahasiswa Missqueen jadi Pelanggan Tabloid Bola
Dua tahun terakhir masa kuliah di Padang. Gegara, ada teman sesama kuliah yang loper Koran. Aku mulai menyisihkan uang menjadi pelanggan tabloid bola, yang tak terjual dengan harga miring! Haha..
Aku pun menikmati "persaingan" sesama tabloid olahraga. Ketika Tabloid bola bersaing dengan GO, Soccer, TopSkor, Libero juga Penalti. Apalagi kemudian tabloid Bola terbit dua kali seminggu.Â
Salah satunya, saat terbitan itu berbonus poster! Bahkan ada beberapa kali khusus menerbitkan edisi poster. Jika ada event akbar semisal Piala dunia Sepakbola.
Nah! Poster-poster ini, dengan menggunakan kardus bekas dan plastik bening, kubingkai rapi. Ternyata banyak juga teman-teman yang beminat membeli untuk menghiasi kamar kos. Jadi, Uang dari hasil membingkai poster dijadikan modal lagi buat membeli tabloid Bola! Curang, ya?