Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Kehilangan dan Rindu Tabloid Bola

21 Juli 2019   15:51 Diperbarui: 3 Maret 2020   10:34 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WESHLEY HUTAGALUNG/BOLASPORT.COM

Ada yang rindu dengan tabloid Bola? Atau si Gundul maskotnya karya Nunk? Itu yang kurasakan hari ini. Bagaimana tidak? Puluhan tahun aku menjadi pembaca tetap tabloid itu.  

Dulu, aku akan membacanya sambil santap siang. Kebiasaan dari kecil, Jika makan atau mau tidur. Aku mesti membaca. Sampai sekarang belum berubah. Hiks..

Tak bermaksud lebay, kupilih kata rindu sebagai ungkapan kehilangan Tabloid Bola. Tak hanya pada wujud nyata, tapi juga lenyapnya kebiasaanku menikmati berita terbaru dan terhangat dari dunia olah raga.

sumber foto: bola.net
sumber foto: bola.net

Awal Perkenalan dengan Tabloid Bola.

Saat usia sekolah dasar pertengahan tahun 1980-an, aku bertetangga dengan seorang anggota TNI, bernama Pak Napitupulu dan Istrinya, biasa kusapa Bidan Saragih. Setiap hari, pulang sekolah, aku biasa diminta tolong untuk membeli koran Kompas.

Nah, Hari Jum'at adalah hari yang kutunggu! Karena hari itu, Kompas akan ada sisipan berupa Tabloid Bola. Pak Napitupulu, kukira tak suka berita olah raga, atau karena senang melihatku suka membaca berita olah raga. 

Maka, saat kuserahkan koran Kompas edisi jum'at yang baru kubeli, Beliau akan menyisihkan sisipan Tabloid Bola itu untukku.

Kau tahu? Maka sejak itu, kamarku akan penuh dengan guntingan Pemain serta poster dari klub sepak bola favoritku. Kebahagiaan lain? Aku merasa jadi orang paling penting. 

Ketika teman-tamanku satu sekolah atau beda sekolah, datang ke rumah untuk membaca. Atau terkadang meminta foto dan berita olah raga jika ada tugas kliping mata pelajaran olahraga. Namun, tabloid gratis itu terhenti tahun 1991, saat Pak Napitupulu ditugaskan ke Timor Timur.

sumber foto : https://www.bola.net
sumber foto : https://www.bola.net

Tak Mampu Membeli, Membaca Bola Bermodal 500 Rupiah.

Pertengahan tahun 90-an, aku melanjutkan sekolah ke Padang Panjang. Sebagai anak sekolah yang merantau, dengan kemampuan biaya pas-pasan, kebiasaan membaca Bola kuteruskan dengan cara sewa-baca, cukup  dengan uang 500 rupiah. 

Apalagi saat itu, tak lagi menjadi sisipan halaman Kompas, namun sudah menjadi tabloid mandiri

Saat meneruskan kuliah di Padang, kebiasaan itu terus berlanjut. Blok A lantai II Pasar Raya Padang adalah tempat favorit. Di sana tersedia los-los baca yang menyewakan koran, komik dan novel. 

Termasuk Ko Ping Hoo (Masa itu, siapa yang tahu Ko Ping Ho?). Juga menjual buku-buku bekas. Bercampur dengan lokasi aneka jual-beli burung. Bayangkan membaca ditemani kicauan aneka burung! Aih, kenangan menyenangkan.

sumber foto https://www.bola.net
sumber foto https://www.bola.net

Cara Mahasiswa Missqueen jadi Pelanggan Tabloid Bola

Dua tahun terakhir masa kuliah di Padang. Gegara, ada teman sesama kuliah yang loper Koran. Aku mulai menyisihkan uang menjadi pelanggan tabloid bola, yang tak terjual dengan harga miring! Haha..

Aku pun menikmati "persaingan" sesama tabloid olahraga. Ketika Tabloid bola bersaing dengan GO, Soccer, TopSkor, Libero juga Penalti. Apalagi kemudian tabloid Bola terbit dua kali seminggu. 

Salah satunya, saat terbitan itu berbonus poster! Bahkan ada beberapa kali khusus menerbitkan edisi poster. Jika ada event akbar semisal Piala dunia Sepakbola.

Nah! Poster-poster ini, dengan menggunakan kardus bekas dan plastik bening, kubingkai rapi. Ternyata banyak juga teman-teman yang beminat membeli untuk menghiasi kamar kos. Jadi, Uang dari hasil membingkai poster dijadikan modal lagi buat membeli tabloid Bola! Curang, ya?

Selesai kuliah di Padang, dan pulang kampung ke Curup. Aku membawa dua kardus besar berisi Koleksi Tabloid Bola, karena adik lelakiku juga maniak sepakbola. Serta satu kardus kecil buku-buku kuliah. Aneh, ya? Ahaaay...

sumber foto https://www.tokopedia.com
sumber foto https://www.tokopedia.com

Tak Sempat Menikmati Salam Perpisahan.

Saat di Curup dan mulai bekerja, Tabloid bola rutin diantar loper koran ke rumah. Walau butuh jeda satu hari menunggu. Terbitan selasa baru dibaca rabu. Terbitan kamis dibaca hari jum'at atau sabtu. 

Karena daerahku yang jauh dari jangkauan bandara. Mesti menunggu kiriman dari Palembang. Itu tetap terjadi, padahal beberapa tahun terakhir sudah cetak jarak jauh di Palembang.

Adakah kesedihan atau penyesalan dengan Tabloid Bola? Aku tak dapat menikmati sajian penutup! Pada edisi terakhir tanggal 26 Oktober 2018, Daerahku tak kebagian jatah. Bilang loper langgananku, karena sold-out di Palembang. Jadi tak ada kiriman untuk daerah Curup. Hiks..

sumber foto : https://www.bola.net
sumber foto : https://www.bola.net

Kenapa Memilih Tabloid Bola?

Setelah 34 Tahun terbit, sejak 3 Maret 1984 hingga terakhir terbit pada 26 Oktober 2018. Ada empat alasan yang bisa kutuliskan, kenapa memilih tabloid Bola.

Pertama, aku suka olahraga dan suka berita olahraga. Dan Tabloid Bola adalah cinta pertamaku dengan berita-berita olahraga. Seputar tanah air maupun dunia.

Kedua, Gegara tabloid ini, aku banyak menyerap pengetahuan dunia olahraga, semisal ukuran lapangan, peraturan tiap cabang olahraga, atau jumlah pemain serta hitungan poin atau cara penilaian yang bermanfaat saat sekolah dulu.  

Ketiga, Tabloid ini, menyajikan data-data akurat. Ketika dilaksanakan ajang multi event, semisal Olimpiade, Asian Games, Sea Games serta PON. Apalagi jika ada hajatan akbar Piala Dunia, Piala Eropa, Copa America serta Champion League dan Europa League. Penyajiannya, akan habis-habisan mengulas sejarah, kejadian-kejadian unik, preview dan review plus poster. Hehe..

Keempat. Tanpa sadar, gegara membaca Tabloid ini, menambah pegetahuan umumku. Tentang nama negara beserta ibukotanya di berbeda benua, nama-nama kota penyelenggara event, klub-klub bola beserta asal negara dan kotanya, mata uang setiap negara. Yang mungkin saja, tak didapatkan di bangku sekolah. Coba aja tanya anak sekarang, Nama negara dan di benua mana Uganda, Guadeluepe, atau Saint Kitts and Nevis?

Entahlah, mungkin artikel ini curhat, ya? Kukira banyak orang yang senasib denganku. Merindukan tabloid Bola, atau tabloid yang khusus membahas olahraga. 

Yang takkan terganti oleh berita online yang bersifat straight news! Tabloid Bola, tak hanya tentang sajian, ulasan atau posternya. Namun pembaca diberitahu, apa saja kelebihan para pemenang, serta bagaimana semestinya sikap menerima kekalahan.

Jadi, Tanpa sadar juga mengajarkan sportivitas! Sesuatu yang mulai langka saat ini. Semoga saja, suatu saat akan hadir lagi. Di manapun adamu, salamku untuk si-Gundul, Nunk!

Curup, 21.07. 2019
Zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun