"Tapi. Tadi Mas..."
"Tujuan Pak Il bukan Mas! Tadi Mas dijadikan papan pantul!"
"Hah?"
"Selesai ujian. Mas jelaskan!"
Kuacak kepalamu. Ada kerutan di dahimu, tapi kau memilih diam. Kureguk sisa kopiku. Kembali menyalakan sebatang rokok. Dari pintu masuk kantin, kudengar suara Ni Yul panggil namaku. Minta bersiap. Kuajukan jempolku. Rokok kumatikan. Aku menatapmu.
"Mas susun buku di ruangan dulu, ya?"
"Nik..."
"Tunggu disini, mau? Cuma sebentar! Mas balik lagi!"
Tak menunggu. Aku segera berbalik. Tiga teman membantuku, masuki ruang sidang membawa dua tas berisi buku referensi. Karena ujian bersifat terbuka, siapapun boleh hadir. Kulihat kursi sebagian sudah terisi. Kutuju meja besar beralas kain warna hijau di tengah ruangan. Di sisi kiri dan kanannya tersedia meja kecil, khusus untuk buku. Tiga temanku, bergantian keluarkan buku. Kususun berdasarkan bab skripsiku.
Tak lama. Aku keluar ruang sidang. Berpapasan dengan Ni Yul. Ingatkan aku, waktu tersisa sepuluh menit. Kalau dipanggil baru masuki ruangan. Kuanggukkan kepala.
Saat menuju kantin, kulihat lima calon penguji sudah masuki ruangan sidang. Aku menuju sudut biru. Sudah ada Pipinx dan Ajo. Keduanya menatapku. Aku tersenyum, tapi tak kulihat dirimu. Pipinx ajukan sebatang rokok padaku. Aku tertawa.