"Gak!"
"Pacaran?"
"Iya!"
"Bagus itu! Penyegaran!"
"Haha..."
"Ingat! Standar Bapak A!"
"Hah?"
"Sudah dengar, kan?"
"Iya..."
"Kalau tak sanggup, mundur!"
Sekilas. Pak Il menatap mataku. Aku tersenyum. Kerumunan tak lagi melingkar. Beri ruang dan jalan, untuk salah satu dosen senior. Berjuluk "killerman". Mantan komandan menwa. Yang segera tinggalkan kantin.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!