Aku tersenyum pahit. Kau terkejut. Sandarkan tubuhmu ke kursi. Kau geleng kepala. Tak lagi menatapku.
"Niatnya, Cuma kasih tahu!"
"Kenapa sampai tendang pintu?"
"Pakai surat, Kajur gak lihat. Siapa tahu pakai kaki, matanya bisa lihat!"
"Hingga merusak pintu?"
"Mas cuma bantu Kajur. Biar ada pintu baru!"
"Kajurnya? Marah?"
"Belum Mas tanya!"
"Kenapa Mas sampai..."
Kalimatmu terhenti. Tetiba, kau merasa haus. Kau reguk teh di hadapmu. Kau sisakan setengah. Matamu menghukumku.
"Mesti diganti, Mas!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!