Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Speak Your Mind" [3]

29 Mei 2019   07:15 Diperbarui: 29 Mei 2019   07:15 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by. pixabay.com

Kau tak betah main game. Kulirik monitor di hadapmu. Aku tersenyum. Kau bongkar folder dan file skripsiku, kau baca acak setiap bab. Aku masih kerjakan order ketikan. Akhir pekan banyak orderan. Maknen berdiri di sisiku. Sudah rapi.

"Makan?"

"Boleh! Dibungkus aja!"

"Sambalnya?"

"Ikan bakar! Tapi jangan ikan laut!"

"Siap! Minum?"

"Teh es!"

"Manis?"

"Gak usah! Di sebelahku, ada Teteh manis!"

"Haha...! Nunik?"

"Beli satu aja!"

Aku yang menjawab. Maknen memandangku. Kuanggukkan kepala. Tak lagi bicara, Maknen segera pergi. Kau tersenyum memandangku.

"Ikan bakar?"

"Biar Nunik makan!"

"Tapi..."

"Biar Mas! Kalau gak habis, "

Kau tertawa. Tak lagi bertanya. Ikan bakar air tawar, salah satu lauk favoritmu. Makan saat siang, bukan kebiasaanku. Tak lama, kau geser kursimu menghadapku. Kau tepuk pahaku. Aku menatapmu.

"Banyak yang dibuang, Mas?"

"Apanya?"

"Skripsi Mas?"

"Haha..."

"Tinggal seratus halaman? Dari duaratus empatpuluh..."

"Resiko, kan? Bilangnya jangan perang lagi?"

"Iya. Tapi Mas kan sudah..."

"Bisa melawan. Akan lama lagi, selesainya! Nik mau?"

"Hah? Jangan...!"


Aku tertawa. Nyaris satu setengah tahun usia skripsiku. Gegara tabrakan idealisme, eksistensi dan mimpi. Kucoba jadi salmon. Kau tahu itu. Awalnya kau biarkan. Akhirnya, kau ingatkan waktuku yang terus berlalu.


Kau bersandar di kursimu. Lima tahun kau bersamaku. Sudah sepuluh semester masa kuliahku. Tiga semester terakhir, kulakukan perang skripsi dengan pembimbing. Kau tahu semua aral dan kendalaku. Kau juga tahu hadapi egoku. Karenamu, kulakukan gencatan senjata.

"Belum di print?"

"Besok aja!"

"Kenapa? Duit Mas ada. Kan, Nunik yang simpan?"

"Mana mau Maknen dibayar!"

"Beli kertas aja!"

"Udah! Kemaren..."

"Terus?"

"Pegang dulu! Kalau udah disuruh sidang. Baru diperbanyak!"

"Oh..."


Order ketikanku selesai. Kuedit lagi dan kusimpan dalam sebuah file. Kuhidupkan rokok, aku menatapmu.


"Do'akan! Senin bisa langsung disetujui!"

"Amiin! Eh, kan udah diketik komputer? Pasti disetujui, kan?"

"Siapa tahu pembimbing Mas berubah fikiran!"

"Ya Tuhan! Semoga tidak!"

"Haha..."

"Makanya. Mas jangan..."


Kalimatmu terhenti. Tradisi di fakultasku. Jika masih draft skripsi, harus gunakan mesin tik. Jika sudah disetujui semua pembimbing, baru diketik komputer. Raut wajahmu serius. Kuusap kepalamu. Aku tertawa, matamu menatapku.

"Kalau disetujui, Sidangnya kapan, Mas?"

"Paling cepat, dua minggu!"

"Wah! Mas musti siap?"

"Kan, tiga semester? Udah hafal, malah!"

"Tapi, di baca lagi!"

"Iya! Eh, Mas ada masalah!"

"Hah! Masalah apa?"

"Kalau sidang, mesti pakai setelan jas juga kopiah!"

"Bisa pinjam, kan?"

"Iya! Tapi..."

"Apa?"

"Mas belum bisa pakai dasi!"

"Haha..."

"Malah ketawa!"

"Kan ada yang udah jadi? Tinggal pasang?"


Tak kujawab. Kutatap matamu. Kau terkejut, membalas tatapanku. Raut wajahmu sepertiku. Serius. Kutarik tangan kananmu, kugenggam erat.


"Dasinya, Nunik yang beli dan pasangkan! Mau?"

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun