"Simulasi sidang! Kelompok Mas minggu depan!"
"Eh! Tapi harus hadir, kan?"
"Tidak! Nunik yang harus hadir!"
"Hah?"
"Nunik diam dan lihat aja, ya?"
"Kenapa?"
"Mas lagi menunggu teman kelompok!"
Aku tersenyum. Matamu menuntut penjelasan. Kubiarkan tetap begitu, dan aku selamat. Temanku datang. Dua laki-laki dan tiga perempuan. Masing-masing ambil kursi, duduk melingkar. Kukenalkan dirimu pada anggota kelompok. Saling sapa, bertukar salam. Teman lelakiku, sudah mengenalmu. Tapi tidak yang perempuan.
Tak lama. Diskusi dimulai. Menentukan kasus, analisa kasus, berbagi tugas dan berbagi peran. Semua mencatat. Aku tidak. Kau segera keluarkan bukumu juga pulpen. Kau serahkan padaku, tanpa suara. Aku tersenyum. Kuambil bukumu tapi tak mencatat. Kuabaikan kerut keningmu.
Lebih satu jam. Diskusi usai. Anggota kelompok bubar. Yang laki-laki meninggalkan kantin. Tiga perempuan memesan makanan. Tapi duduk memisahkan diri dari sudut biru. Aku tersenyum. Kau tidak. Tapi menatapku.
"Kenapa Mas tak mencatat? Semua mencatat! Kan ada buku Nunik?"