Kau masih berdiri. Aku bergegas pergi, menuju gerobak penjual buah. Cara berjualan yang unik. Bermacam buah dipotong kecil, disusun rapi. Beberapa es batu menemani. Dalam kotak kecil berkaca bening. Aku membeli beberapa potong. Seorang ibu melayani. Kukira suaminya, sibuk mengupas buah nanas. Sesaat menatapku dan tersenyum.
Aku kembali. Dengan kantong plastik di tanganku. Segera duduk di rumput, beralaskan sandal. Kau mengikuti, duduk di sisiku. Kuajukan kantong plastik padamu. Kau raih, matamu menatapku.
"Tadi bilang apa sama ibu itu?"
"Beli buah..."
"Bukan penjual buah!"
"Lah! Ibu yang mana?"
"Pemilik Bofet di terminal!"
"Haha..."
"Bilang apa?"
"Bilang Nunik cantik!"
"Bukan itu! Nik dengar. Ibu itu bilang Undangan, kan?"