"Senang bertemu denganmu. Kalau ada apa-apa disini, cari Abang!"
"Siap!"
"Oh, ya. Nik, jangan mau dijadikan pacar! Dijadikan istri aja. Takkan menyesal!"
Bang Zul sekilas menatapmu. Kau terkejut, segera menundukkan wajahmu. Menatap gelas berisi jus alpokat. Bang Zul tertawa keras, aku juga. Bang Zul meraih tanganku, cepat bertukar salam. Kembali menepuk bahuku dan segera berlalu. Lelaki berbatik itupun pergi mengikuti.
Aku menatapmu. Berusaha menahan tawa. Mengingat kalimat terakhir Bang Zul. Perlahan kau mengangkat wajahmu.
"Bang Zul itu, siapa?"
"Laki-laki!"
"Maksud Nik, kenal dimana?"
"Padang Panjang. Dia preman!"
"Bohong! Pakaiannya rapi?"
"Buktinya, bisa memaksa kita ikut. Terus, jus ini juga gak dibayar."