Mataku menatap Amin. Wajahnya cerah. Melihat aku mulai tertarik dengan ceritanya. Sambil memperbaiki posisi duduknya menghadapku. Amin kembali buka suara.
"Ada orang pintar yang lepasin, Bang! Dari Desa Tanjung Alam."
Tanjung Alam, desa itu berjarak lima kilometer dari lokasi kejadian. Dahiku berkerut. Â Otakku mulai menimbang untuk menerima kisah mistis. Amin bertambah semangat.
"Abang tahu? Orang pintar itu, masih kecil! Hebat ilmunya, Â Bang! Â Bisa mengalahkan ilmu tiga orang dewasa! Biasa dipanggil Dukun cilik Tanjung Alam!"
"Hah! Masih kecil? Kamu bilang Dukun cilik?"
"Iya! Dia datang, tak sampai lima menit, tangan itu segera lepas!"
"Wah! Bisa sehebat itu?"
"Dia bilang sebab tangan sopir tak bisa lepas, karena jari telunjuk itu!"
"Ada cincinnya?"
"Gak!"
"Jadi?"