Mohon tunggu...
A ZalbaLalana
A ZalbaLalana Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Mahasiswa Tersendat

mahasiswa tersendat, seorang mahasiswa pendidikan bahasa Jepang UPI yang seringkali berpikir tentang banyak hal walau sedang tersendat kehidupannya, berpenghasilan Rp0 dan berpengalaman tidak ada, akumulasi dari kesengsaraan dan penyesalan duniawi yang berdaging dan bernyawa, pergabungan dari kesesatan berpikir dan pergumulan pikiran, selalu menyesal dikala ketidak menyesalan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Balada Mahasiswa dan Perkuliahan Daring

28 Desember 2020   21:05 Diperbarui: 28 April 2021   08:21 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balada perkuliahan daring. | pexels

Pembelajaran konvensional di dalam kelas sudah lama sekali diselenggarakan jika kita menengok ke belakang sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia, ataupun di dunia ini. tak terasa sudah hampir satu tahun atau dua semester para mahasiswa terperangkap di dalam pandemi yang membekukan hampir seluruh kegiatan ajar mengajar di kampus.

Hal ini dikarenakna kebijakan yang memang harus diambil untuk melakukan karantina masal suatu wilayah dan instansi terkait yang dipakai untuk mengumpulkan banyak orang, salah satunya adalah universitas.

Pemberlakuan program "belajar di rumah" atau yang sering disebut dengan "study from home" diberlakukan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan setelah mematuhi perintah presiden untuk memberlakukan pengosongan kampus dari aktivitas belajar mengajar demi menghindari penyebaran virus covid-19 yang terjadi pada semester genap 2020.

Pemberlakuan program ini akhirnya melahirkan kebijakan untuk melakukan perkuliahan di dalam jaringan internet atau daring yang mengakibatkan beberapa kecemasan dan kebingungan di berbagai kalangan karena kurikulum di Indonesia pada dasarnya belum sampai melingkupi pembelajaran penuh di dalam internet. 

Mengakibatkan pula munculnya pemberlakuan kurikulum darurat yang disusun untuk memenuhi keadaan yang sedemikian rupa demi terlaksananya pembelajaran daring di bangku perkuliahan.

Pelaksanaan program ini bukan tanpa kelemahan, karena di awal mula perkuliahan masih banyak kampus yang harus mengevaluasi dan menganalisa kurikulumnya untuk mencocokkan materi yang dapat disalurkan melalui media internet karena tidak semua perkuliahan bisa dilangsungkan melalui internet terutama beberapa perkuliahan praktek yang memerlukan media dan bahan yang hanya dapat diberikan di dalam kampus seperti di dalam laboratorium ataupun bengkel mesin teknik.

Program ini pula rupanya berpengaruh kepada salah satu program yang dinanti mahasiswa yaitu KKN atau kuliah kerja nyata yang biasanya dilakukan di luar kelas terutama di desa-desa yang memang sudah disiapkan untuk melaksanakan program yang sudah dirancang oleh pihak universitas.

Hasilnya adalah kebingungan dan pertanyaan besar sekaligus manuver kurikulum yang dilakukan agar KKN dapat terlaksana walaupun harus menjalankannya di tempat yang saling berjauhan seperti di kampung halaman atau di melalui media daring.

Masalah yang timbul saat pemberlakuan perkuliahan daring ini tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa saja tetapi juga oleh beberapa dosen yang tidak biasa untuk menggunakan gawai berbasis internet ataupun program-program layanan video chat dalam pengajarannya. 

Sehingga banyak sekali dosen yang dipaksa untuk beradaptasi dan belajar ataupun meminta bantuan agar perkuliahan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. 

Baca: 4 Etika Kuliah Daring, Adab Lebih Tinggi Daripada Ilmu

Hal ini bisa saja menjadi kekurangan atau kelebihan tersendiri. Kekurangannya adalah penyesuaian materi dan cara ajar yang harus diriset lagi agar dapat menyelaraskan pemberian materi yang sesuai kepada mahasiswa agar tidak ada perbedaan antara penyampaian di dalam kelas ataupun di dalam jaringan internet.

Keuntungannya adalah para dosen akhirnya dibiasakan untuk menggunakan metode yang berbeda dan lebih mutakhir nan efisien di dalam internet untuk kemudahannya sendiri dalam mengumpulkan tugas, menyampaikan materi secara menyenangkan dan lain halnya.

Mahasiswa banyak yang mengeluhkan sulitnya pembelajaran daring ini bukan hanya dari kesulitan untuk menyerap materi tetapi pula hingga hal teknis seperti kesulitan kuota, sulitnya jaringan internet di kampung, bantuan kuota yang tidak berimbang, tidak pekanya dosen dalam pemberian tugas, ataupun tentang kesulitannya untuk berkonsentrasi karena pikiran yang sudah jenuh tanpa adanya komunikasi seperti biasa dengan teman di kampus.

Kesulitan yang dihadapi mahasiswa ini bukanlah hanya omongan ngalor ngidul ataupun keluhan kosong mahasiswa, tetapi bisa dirasakan pula bahwa masalah yang sedang dihadapi kali ini memang secara objektif terdapat di berbagai lapisan mahasiswa di seluruh Indonesia yang melakukan pembelajaran secara daring.

Permasalahan mahasiswa untuk menyerap isi perkuliahan banyak disebabkan oleh tidak tenangnya mahasiswa di rumah karena mungkin saja di rumahnya tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar ataupun sialnya adalah di rumahnya pun merasakan tekanan lain sehingga mahasiswa tersebut harus memikirkan nasib keluarga di rumahnya dan nasibnya di dalam bangku perkuliahan.

Selain daripada itu pula, kurikulum darurat yang tiba-tiba ini menyulitkna mahasiwa seperti saya yang mempunyai kemampuan menyimak dan menerima informasi secar lambat, apalagi jika dilakukan secara daring.

Masalah ini muncul karena beberapa teknik belajar mahasiswa yang berbeda-beda, banyak yang merasa bahwa "diajarkan di dalam kelas dengan peragaan dan ucapan secara langsung" lebih baik ketimbang "memerhatikan materi yang dijelaskan dosen di dalam video chat/call yang monoton dan tidak komunikatif.

Lain pula dengan mahasiswa lain yang memang sangat mensyukuri pembalajaran daring karena memang Ia bisa dengan lahap menerima materi lebih cepat jika hanya membaca ataupun tanpa interaksi yang berarti. Memang, bukan hal yang bijak jika kita memberatkan kepada satu pihak saja tetapi keselamatan dan kenyamanan mahasiswa pun harus menjadi salah satu prioritas dalam program pembelajaran daring ini, yang mana memberikan dosen tugas untuk memberikan materi secara interaktif dan lebih komunikatif lagi agar setidaknya mengurangi dampak negatif dari pembelajaran daring walaupun tidak sepenuhnya hilang.

Perihal kuota, sinyal, dan hal-hal teknispun menjadi permasalahan lain di dalam drama perkuliahan daring ini. pemerintah memberikan kuota belajar sebanyak puluhan GB sedangkan kuota reguler sebanyak 5 GB.

Perbandingan kuota ini memang secara sehat bisa kita pikiran bahwa agar mahasiswa tidak menggunakan kuota reguler yang banyak untuk mencari hal-hal yang tidak berkaitan dengan perkuliahan, tetapi hal tersebut haruslah dipatahkan.

Banyak mahasiswa yang merasa kuota pemberian kemendikbud tidak berimbang dan seringkali menyisakan banyak kuota belajar yang dirasa lebih baik dipindahkan ke kuota reguler untuk mahasiswa mencari materi yang dia butuhkan secara langsung di dalam google yang tidak ter-cover kuota belajar kemendikbud. Selain daripada itu pula, masih dalam persoalan internet.

Sinyal internet yang belum merata di Indonesia sepertinya menjadi masalah yang lebih lagi bagi mereka yang hidup di dalam pedesaan. Sebagai operator jaringan seluler, berbagai perusahaan mempunyai "wilayah bagus"nya masing-masing.

Terkadang kartu 'si merah' lebih bagus dan lancari di dalam satu daerah ketimbang kartu 'si biru' dan sebaliknya. Hal tersebut mengakibatkan mahasiswa terganggu saat akan melaksanakan kegiatan belajarnya karena sinyal yang jelek lagi busuk.

Semua permasalahan tersebut bukan tanpa hal baik yang menyelipi di antaranya. Salah satunya adalah mahasiswa bersyukur bisa lebih efisien dalam mengatur waktunya jika melakukan pembelajaran daring karena jika mengambil perkataan mahasiswa maka "bisa kuliah sambil rebahan" yang berarti mahasiswa dapat melaksanakan perkuliahan walaupun Ia masih ada di atas tempat tidur.

Selain dari itu pula, beberapa mahasiswa 'rumahan' lebih menyukai pembelajaran daring karena memang 'habitat' mereka ada di dalam rumah tanpa ke dalam kelas. Hal yang sama pula masuk ke dalam kasus KKN PPD Covid-19 ini yang penulis pula sedang laksanakan.

Baca: 4 Alasan Kenapa Kuliah Daring Itu Menyebalkan

Pelaksanaan KKN yang dapat secara mandiri dilakukan menjadi salah satu kenikmatan tersendiri karena tidak perlu memikirkan sulitnya berinteraksi dengan orang lain ataupun harus berurusan dengan drama-drama KKN yang sudah bertahun-tahun dialami oleh mahasiswa yang melaksanakannya.

Di samping positif dan negatifnya, pembelajaran daring ini mengakibatkan banyak sekali perubahan signifikan dalam metode pembelajaran di Indonesia. Mungkin saja di kemudian hari dosen dan mahasiswa lebih menyukai pembelajaran daring yang sistematis dan tanpa harus masuk kelas.

Maka dari itu, mahsiswa berada di dalam kebingungan, entah ingin senang karena dapat berkuliah tanpa meninggalkan kasur ataupun sedih karena ilmu yang didapat tidak sebanding dengan yang biasa dirasakan di dalam kelas ditambah dengan UKT yang tidak mengalami perubahan yang signifikan di beberapa kampus. Mari memilih.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun