Mohon tunggu...
Zakarias Elmas
Zakarias Elmas Mohon Tunggu... -

Hidup ibarat melewati jalan yang berliku dan bergelombang. Namun gimana cara untuk bisa melewatinya dengan baik dan lancar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media dan Lingkungan Online/Media and The Environment Online

16 Juni 2015   08:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:01 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang merasakan cuaca aneh, tapi itu sangat jarang mendengar kalimat "pemanasan global" yang diucapkan oleh ahli meteorologi TV lokal Anda. Ini adalah kesempatan untuk mengajar orang tentang iklim, seperti yang kami lakukan dengan cuaca.

Dr. Heidi Cullen, Weather Channel climatologist

(quoted in Friedman, 2008, p, 136)

Sekarang ini persepsi dan sikap masyarakat terhadap alam dan masalah lingkungan yang dimediasi oleh sumber-populer budaya, berita, laporan ilmiah, film dan lain-lain. Informasi tentang lingkungan yang diberitakan dan direpresentasikan secara online. Tayangan informasi tentang lingkungan ini sangat cepat menyebar di seluruh dunia, kapan saja dapat diakses maka informasi akan dengan mudah didapat lewat media online. Media informasi yang satu ini lebih baru karena memiliki jangkauan tak terbatas. Tidak seperti koran, majalah, radio, tv yang sudah mainstream yang terbatas.

Wartawan lingkungan yang bekerja di media mainstream seperti media cetak, radio dan tv harus pintar mengisi berita di ruang yang telah disediakan sambil menghadapi kebutuhan yang berkembang untuk memberitahu lagi seberapa rumit dan mendalam ceritanya. Hal ini terus diperhatikan agar khalayak tetap menggemari media mainstream agar media ini tetap eksis walaupun sudah ada media yang lebih tak terbatas jangkauannya seperti media online.

Media Penggambaran Alami

Penggambaran tentang es di kutub utara dan selatan yang setiap tahun mencair membuat persepsi masyarakat tentang global warming semakin meningkat, hal ini membuat sebagian besar masyarakat Dunia merasa was-was akan munculnya bencana alam seperti air bah pada masa Nabi Nuh, sehingga perilaku masyarakat lambat laun akan peduli dengan lingkungan hidup. Namun, lambat laun juga ada masyarakat yang tidak peduli dengan hal ini. Entah kenapa masyarakat sudah kurang peduli dengan lingkungan alam, mungkin saja kesadaran tentang lingkungan berkelanjutan belum sampai, atau mereka berpikir bahwa yang melestarikan bukan mereka melainkan yang melestarikan alam sudah ada seperti bagian kehutanan. Padahal lingkungan alam ini yang wajib menjaga dan melestarikan yaitu setiap orang yang hidup di Bumi ini, termasuk kita. Karena kita tidak bisa mengandalkan mereka yang bertugas untuk melestarikan hutan dan melakukan penghijauan saja. Hal ini karena Bumi ini sangat besar dan membutuhkan lebih besar kemampuan manusia dan teknologinya untuk dapat menjaga dan melestarikan Bumi ini.

Media yang menggambarkan lingkungan alam yang mulai rusak akan bersaing dengan tampilan olahraga populer yang sedang digemari seperti, sepak bola, basket ball, tenis, balapan motor “MotoGP” dan lain-lain memiliki tempat yang cukup besar di media hiburan. Selain itu juga promosi teknologi kendaraan bermotor seperti mobil yang mencapai puncak tertinggi di suata daratan. Hal ini agar dapat menarik peminat agar dapat membeli mobil yang dengan kekuatan ekstra yang dapan menaiki jalan yang ekstream hingga puncak tertentu yang diinginkan. Ini membuat masyarakat terpengaruh dan dapat melupakan hal apa yang dapat dilakukan agar dapat menahan laju pemanasan global ini.

Representasi Media Alam

Pada awal tahun 1960 media mainstream mulai gencar menampilkan gambar tentang lingkungan. Salah satunya yaitu foto bumi yang diambil oleh astronot di Apollo 8 pada tahun 1968. Salah satu film tv yang menampilkan tumpahan minyak di lepas pantai Santa Barbara juga menjadi sorotan. Ini membuktikan bahwa media yang pada saat itu masih terbatas namun sangat peduli dengan dampak lingkungan alam.

Frekuensi Referensi Lingkungan

Pada tahun-tahun setelah hari Bumi 1970 perhatian media utama lebih mengarah pada masalah lingkungan, bahkan mencapai titik tertinggi pada tahun 1989. Hal ini semakin meningkat ketika terpilihnya pemerintahan yang ramah lingkungan di Washington, DC, pada tahun 1992, dan banyak analis media yang diharapkan untuk terus gencar mengampanyekan tentang lingkungan.

Namun hal ini tidak bertahan lama, di tahun-tahun berikutnya berita mengenai lingkungan menurun, pada akhir dekade 1990-an, lingkungan wartawan di New England mengutip bahwa menyusutnya lubang berita sebagai salah satu yang paling menghambat cakupan berita tentang lingkungan untuk ditampilkan di media.

Isu - Perhatian Cycle Down

Isu tentantang lingkungan terkadang mempengaruhi masyarakat untuk melakukan sesuatu demi Bumi, namun pada siklus tertentu juga masyarakat melupakan masalah lingkungan secara alami. (1972) Model klasik Anthony Downs tentang siklus masalah – perhatian dan apa yang disebut “penurunan alami” perhatian publik dengan isu lingkungan.

Downs meramalkan bahwa perhatian publik terhadap lingkungan akan pergi melalui tahap-tahap yang sama seperti masalah sosial, dari kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut terlibat aktif. Dunlap merangkum lima tahap perkembangan Downs:

     1. Tahap pra - masalah

     2.Khawatir penemuan dan antusiasme euforia

     3.Realisasi biaya kemajuan yang signifikan ( tahap yang umumdukungan berkurang )

     4. Penurunan bertahap dalam kepentingan publik yang intens

     5. Tahap pasca - masalah, di mana masalah ini bergerak ke "sebuah senja yang lebih rendahperhatian "(Downs, 1972, hal .40).

 

Berbeda Pemandangan Alam di Media

Program apa sajakah yang yang sebenarnya mau ditampilkan dari alam itu sendiri? Apakah hanya sekedar ditampilkan untuk kepentingan komersialisasi atau benar-benar ditampilkan agar masyarakat dapat melihat makna dari lingkungan yang baik agar masyarakat dapat sadar akan pelestarian lingkungan.

 

Ancaman mengganggu Lingkungan

Ancaman kerusakan lingkungan oleh kontaminasi kimia, hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim dan ancaman lain terhadap sistem kesehatan manusia dan ekologi kurang terlihat dan terkadang telah berjalan selama bertahun-tahun bahkan dekade. Hal ini kurang diperhatikan oleh pemerintah karena kurangnya informasi kepada pemerintah untuk segera ditindak lanjuti. Dan mungkin karena dampak kerusakan lingkungan ini akan terasa dampaknya beberapa tahun kemudian bahkan dekade, sehingga pemerintah merasa hal ini ‘sepeleh’ berbeda dengan ledakan PLTN yang efeknya langsung terasa pada saat itu juga sehingga penanganannya segera dilakukan.

Produksi berita dan Lingkungan

Setiap media yang bukan milik pemerintah atau dengan kata lain milik swasta atau perseorangan, selalu menampilkan berita yang sudah diseleksi dan sesuai dengan kepentingan pemilik dari media, berita yang ditampilkan pasti berkaitan dengan ekonomi politik, nilai berita, frame media, dan norma-norma objektivitas dan keseimbangan. Hal ini dilakukan agar bisnis media tetap mendapatkan keuntungan yang besar, kemudian media yang dimiliki dapat menguasai berita, dan hiburan yang ada dengan cara mempengaruhi masyarakat dengan konten-konten yang sedang nge-trend dan disukai oleh para pemirsa. Ini adalah salah satu strategi bisnis di bagian media untuk dapat menarik simpatik khalayak umum.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan media nasional milik pemerintah seperti Televisi Republik Indonesia atau TVRI yang tidak mengejar keuntungan. Dan berita yang ditampilkan apa adanya tanpa mendramatisir untuk semakin menarik minat penonton. Konten-konten yang ditampilkan juga rata-rata edukasi, berita dari berbagai daerah yang telah dirangkum oleh stasiun tv cabang daerah masing-masing sehingga stasiun tv pusat hanya menayangkan masing-masing berita pada jadwal-jadwal tertentu yang telah disediakan oleh stasiun pusat.

Ekonomi Politik  

Setiap kepemilikan media yang memiliki banyak usaha seperti perusahaan energi, pabrik kertas, sumur minyak, real estate dan lain-lain pasti akan memiliki kepentingan yang lebih besar pada media yang dimiliki agar dapat memberikan informasi yang selalu menguntungkan bagi usaha-usaha yang dimilikinya. Kepemilikan media ini akan bermain di ruang redaksi agar berita yang akan ditampilkan selalu memberikan informasi yang positif bagi usah-usahanya.

Salah satu contoh kepemilikan media swasta di Indonesia yang berkecimpung di dunia politik Indonesia seperti; Pemilik Viva News, Media Indonesia, dan MNC group. Ketiga pemilik media papan atas nasional ini juga dikenal sebagai pengusaha di berbagai usaha besar seperti, properti, pertambangan, perkebunan, dan lain-lain. 

Gerbang Penjaga Ancaman Lingkungan

Di sini keputusan diuji kepada editor dan manajer media untuk menutupi cerita lingkungan tertentu yang menggambarkan apa yang disebut FBE peran gatekeeping produksi berita. Metafora gatekeeping digunakan untuk menunjukan bahwa individu tertentu dalam newsroom memutuskan apakah dia akan melalui “pintu gerbang” ataukah dia keluar melalui jalur lain.

Akibat dari kendala tersebut, wartawan, editor dan majemen memilih beralih ke berita internet untuk menginformasikan greenwire dan jaringan berita tentang lingkungan. Kemudian muncullah media independen online maupun blog wartawan untuk melewati gatekeeper pembatas editor.

Kelayakan berita

Praktek gatekeeper adalah yang paling mempengaruhi lingkungan pelaporan berita yang editor menggambarkan sebagai nilai berita, atau newsworthiness dari cerita. Makna dari newsworthiness sendiri yaitu kemampuan sebuah berita untuk menarik para pembaca dan pemirsa. Salah satu contoh newsworhiness yaitu “banjir lebih besar dari perkiraan awal”.

Norma Objektivitas dan Balance

Ini sudah menjadi komitmen oleh media untuk memberitakan informasi yang akurat dan tanpa prasangka reporter dan di mana ketidakpastian atau kontroversi, untuk menyeimbangkan berita dengan pernyataan dari semua sisi masalah.

Objektivitas  

Dalam dunia jurnalisme norma-norma mengalami kesulitan dan di lingkungan jurnalisme juga wartawan berusaha untuk mempertahankan objektivitas keaslian. Sebagai contoh meskipun cerita deforestasi mungkin akurat. Bahkan ada kritikus yang telah menyarankan bahwa apa yang diterima oleh objektivitas hanyalah berlaku konsesesus tentang apa yang nyata dalam waktu tertentu dan masyarakat.

Menyeimbangkan tampilan yang berbeda

Pemanasan global adalah salah satu isu yang yang menggemparkan dunia, ini membuat sebagian masyarakat dunia sadar akan perubahan iklim akibat aktivitas manusia yang tidak bersahabat dengan lingkungan. Dengan kata lain perusahaan-perusahaan besar di berbagai negara sangat kurang dalam memperhatikan dampak alam ketika limbah yang dihasilkan dibuang ke sembarang tempat seperti sungai, laut dan lain-lain.

Ketika ada isu pemanasan global muncul pada salah satu sumber para wartawan mengambilnya kemudian mengutip kembali pada media, namun demi keseimbangan berita, para wartawan juga mengambil berita yang sama namun berbeda sumber. Hal ini dilakukan agar ada keseimbangan berita dalam ruang redaksi dan kemudian ditampilkan.

Beberapa ilmuan percaya bahwa studi tentang beberapa inti es di kutub (utara dan selatan) mengalami proses pencairan akibat dari produksi karbon dioksida manusia yang berpotensi bahaya selama pemanasan planet ini. Tapi sikap skeptis dari sebagian orang berpendapat bahwa tidak ada bukti peringatan melebihi variasi alami iklim dunia. Dengan kata lain, tidak ada bukti peringatan yang mendahului munculnya variasi alam iklim Dunia. Jadi, isu tentang global warming selama ini dianggap hanya sebagai konstruksi sebagian orang yang peduli tentang lingkungan saja yang mempengaruhi publik untuk kepentingan tertentu mereka semata. 

Media baru dan lingkungan online 

Media Baru 

Adanya “media baru” dapat membantu wartawan keluar dari dari ‘belenggu’ di mana wartawan memiliki keterbatasan dalam memberikan informasi pada media. Hal ini dikarenakan elite media yang memiliki kepentingan lain sehingga isi dalam berita pun dibuat sesuai kebutuhan mereka sendiri. Salah satu contoh yaitu, menyusut lubang berita pada media mainstream.

Dengan adanya “media baru” ini siapa saja dapat menuliskan perasaan ke dalam blog sehingga dapat dengan mudah dibaca oleh siapa saja yang mengakses blog tersebut. Salah satu contoh dengan adanya “media baru” ini memunculkan sumber berita independen dan komentar tentang lingkungan, hal ini sangat mudah dilakukan sekarang karena adanya layanan berita lingkungan secara online dan blog independen, kemudian masyarakat profesional untuk jurnalis lingkungan.

Lingkungan Online 

Mendengar kalimat tentang lingkungan online, kita semua pasti berpikir tentang “dunia maya” atau dunia internet. Lebih mendalam lagi tentang lingkungan online, “lingkungan baru” ini memiliki jaringan yang tak terbatas, melampaui berbagai benua, ini berbeda dengan media mainstream yang hanya terbatas. Media baru tersebut mendefinisikan ulang peran tradisional dari sumber berita dan bacaan.

Masyarakat Profesional untuk Jurnalis Lingkungan

Untuk dunia saat ini masyarakat yang memiliki kemampuan dalam menulis tentang lingkungan dapat dengan mudah menuangkan isi hatinya ke dalam blog pribadinya. Seperti salah satu contoh media yang dapat digunakan oleh masyarakat umum yaitu kompasiana, ini anak cabang dari Kompas. Media ini mendapat tempat yang sangat baik di masyarakat indonesia, terbukti bahwa yang memiliki akun kompasiana ini sudah mencapai kurang lebih 275 ribu akun. Ini terbukti bahwa masyarakat indonesia saat ini sudah mulai berpikir tentang pentingnya menulis.

Namun, ini hanya masyarakat yang mencoba menuangkan ide dan isi hatinya di media sosial, berbeda dengan mereka yang sudah profesional seperti wartawan lingkungan yang bekerja di media. Dan wartawan yang bekerja di organisasi besar dunia seperti APFEL atau Organisasi Asia Pasifik Forum Wartawan Lingkungan dan wartawan lingkungan profesional, yang merupakan organisasi lingkungan tertua.

 

^SEKIAN^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun