Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Perlukah Mengalihkan Produk Eksternal?

27 September 2024   09:53 Diperbarui: 28 September 2024   13:28 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber.  Tangan manusia memanipulasi otak dengan tali, seolah-olah mengendalikan boneka| Shutterstock.

Kita sering menyangka bahwa secara keseluruhan diri adalah apa yang diproduksi oleh pikiran dan perasaan. Dan ketika prasangka tersebut terjebak dalam dogma, bahwa apa yang kita pikirkan adalah diri kita. Padahal pikiran kita bukanlah diri kita,  tetapi produk ekternal yang menempel pada pikiran.

Kehidupan dipenuhi oleh prasangka baik dan buruk tetapi seringnya terproses pikiran buruk dari apa yang diadopsi oleh mata dan telinga dari sekitarnya. Dampaknya tentu saja ketidakdamaian mendominasi hari-hari. Melihat orang lain seolah musuh yang harus dimusnahkan, menjatuhkan orang lain dan lain sebagainya.

Produk pikiran ini sulit untuk dilepaskan ketika kita menyuntikan terus-menerus informasi yang tidak kita inginkan. Seperti berita yang ada di televisi, media sosial, dalam kehidupan bersosialisasi dan media informasi lainnya. Kita bahkan tidak ingin belajar untuk mengalihkan karena pikiran telah ketagihan dengan sumber infomasi yang belum tentu akurat atau bersifat mengubah kedamaian hati hanya sekedar untuk mengisi hari-hari.

Lalu apa yang disebut dengan produk internal dan eksternal?, siapa yang mengusai diri, pikiran, perasaan atau jiwa?. Mengapa manusia merasa kesulitan untuk mengalihkan informasi atau produk pikiran tersebut? dan bagaimana cara agar mudah mengalihkannya?. Berikut penjelasannya.

Produk Internal dan Eksternal

Persoalan hidup, informasi, tentang siapa, mengapa, dan bagaimana adalah produk pikiran yang berasal dari eksternal atau luar diri kita yang dikelolah dan diproses di dalam otak manusia. Sedangkan rasa sedih, bahagia, dendam, kebencian adalah produk internal dan berasal dari perasaan atau jantung kita akibat dari sampah data negatif yang terproses di otak. Keduanya memiliki cara proses tersendiri karena jantung kita melakukan proses secara independen.

Ketika manusia selalu bersama dengan produk ekternal ini tentunya akan mengalami ketidakseimbangan perilaku, mudah emosi, mudah terprovokasi, sulit mencerna kebenaran, sulit merasakan kebahagiaan. Sedih berkepanjangan, dikelilingi rasa takut, dendam dan kecenderungan ingin membalas, sulit tersenyum dan lain sebagainya. Informasi yang diterima terus menerus membuat frekuensi otak berada pada mode waspada dan terhantui oleh informasi yang masuk ke dalam pikirannya.

Informasi yang terus menerus diproses tanpa Solusi dan membuatnya konsisten berada pada gelombang otak beta dengan getaran tinggi, sehingga menimbulkan stress berkepanjangan. Selalu tegang dengan memikirkan "siapa, bagaimana, apa yang harus dilakukan dan mengapa ini bisa terjadi". Otak selalu menganalisis informasi yang tidak terlalu perlu dan merubah kedamaian hidup di masa kini.

Otak selalu berusaha mengontrol orang di sekitarnya, berusaha mengantisipasi segalanya, mengendalikan hal yang tidak menyenangkan menjadi hal menyenangkan dan lain sebagainya. Ketika manusia selalu berusaha memikirkan masa lalu dan masa depan, hal yang akan diterimanya adalah keresahan, khawatir yang berlebihan dan hal tidak menyenangkan lainnya.

Terkuasai Oleh Pikiran

Tidak mudah mengenali pikiran yang berasal dari luar diri atau persoalan dari dalam diri yang harus diselesaikan. Namun kita bisa mengenali pikiran dan mencari sumbernya. Misalnya, kita mendadak jadi gelisah tapi tidak mengerti apa sebab kegelisahan tersebut, lakukan analisis pikiran, telusuri satu demi satu hingga pikiran dan analisis tersebut terkoneksi.

Pikiran yang berasal dari informasi negatif tentunya membuat kita menjadi khawatir dan gelisah, sehingga pikiran menguasai tubuh dan menciptakan reaksi pada tubuh, tangan gemetar, keringat dingin, pandangan tidak fokus dan lain sebagainya. Perilaku menjadi tidak stabil dan penuh keraguan, disorientasi, selalu ingin berada di tempat ramai agar ia merasa tenang, tubuh sulit dikendalikan, jantung berdebar dan lain sebagainya.

Tubuh yang terkuasai oleh pikiran ini membuat seseorang selalu dominan menggunakan egonya, ego yang diprovokasi oleh emosi negatif mengganggu kehidupan bersosialisasi dan bisa merusak hubungan dalam keluarga dan siapa saja. Pikiran diperbudak oleh ego yang membesar di dalam dirinya, akhirnya tentu saja membuat ia jauh dari kebijaksanaan. Bijaksana identik dengan pengendalian diri yang kuat.

Coba kamu amati diri, pernahkah kamu merasa galau hingga kamu takut akan komentar miring tentangmu?, khawatir kalau tidak baik akan dijauhi oleh orang lain, kalau kamu membantu orang lain terus, maka kamu akan dikejar-kejar selamanya oleh mereka?. Kalau kamu ini dan itu akan menjadi hal yang mengerikan?. Informasi negatif yang berasal dari luar diri akan memprovokasi pikiran, menakut-nakuti dan masuk ke dalam perasaan lalu merubah ketenangan hari-harimu.

Sulit Mengalihkan Pikiran?

Selagi kita merasa pikiran adalah bagian dari diri kita ya tentu saja akan merasa kesulitan. Karena yang namanya merasa bagian diri seolah pikiran itu adalah diri kita sendiri, padahal bukan. Pikiran dan tubuh adalah dua hal yang berbeda.

Pikiran dan perasaan bisa dirasa dan ditelusuri. Lalu yang menelusuri siapa?, jiwa. Jiwa adalah wadah tuubuh dan merupakan gabungan dari pikiran, perasaan dan kehidupan batin manusia.

Pikiran dan perasaan yang terkuasai oleh logika, mencari fakta dan kebenaran dari informasi yang masuk ke dalam pikiran akan memberikan dampak rasa yang positif. Wadah tubuh atau jiwa berada dalam mode relaks, stabil, intuitif, kreatif dan tidak mudah diprovokasi oleh lingkungan. Jiwa yang tidak selalu menampung muatan informasi negatif, dan tidak membiarkan rasa negatif berlama-lama di dalam batin akan memberikan efek positif pada tubuh fisik dan psikis manusia.

Mengalihkan pikiran akan sangat mudah ketika jiwa sehat dan tersingkir dari muatan negatif yang ada dalam pikiran dan perasaannya. Jiwa stabil dan perilaku juga menjadi lebih baik. Pikiran dan tubuh tidak sama, tubuh mengalami reaksi sedangkan pikiran membutuhkan proses dalam menganalisi data, namun kebanyakan dari kita selalu menampung dan menerima data yang tidak perlu sehingga menghabiskan energi dan terjadi defisiensi energi positif.

Tubuh dipenuhi dengan energi negatif yang membuat kehidupan tidak nyaman dan seolah ada saja pikiran yang harus dibahas setiap harinya. Padahal data yang diulas selalu itu-itu saja, karena tidak menemukan solusi, yaitu menghentikan pikiran itu sendiri. Energi akan mengalir kepada hal yang difokuskan, dampak lainnya adalah hal negatif yang difokuskan terus menerus tersebut akan terjadi di dalam kehidupannya.

Itu mengapa bila seseorang menceritakan hal negatif tentang kehidupan orang lain, lama kelamaan bahan yang sama menimpa dirinya. Karena ia telah menarik terus menerus informasi tersebut dengan sangat kuat dan melibatkan emosinya lalu terjadi pula pada dirinya. Hal yang tidak ia inginkanpun terjadi pada dirinya, maksud hati hanya sekedar gibah malah mengalami hal yang sama.

Bagaimana Agar Mudah Mengalihkan Pikiran Negatif?

Lagi-lagi berbicara tentang kesadaran. Manusia dituntut untuk selalu sadar dari apa yang ia pikirkan dan rasakan. Karena dunia ini terikat dengan hukum-hukumnya. Apa yang dilepas akan ditarik kembali oleh yang melakukannya, orang sering menyebutnya dengan hukum karma atau hukum sebab akibat, bahwa dunia dan seisinya adalah energi.

Segala bentuk energi dilapisi oleh tubuh fisik. Manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh bentuk yang ada di alam semesta ini berisi energi. Tubuh manusia berisi energi, energi tidak bisa diciptakan dan dihancurkan, hanya bisa dialihkan.

Ketika manusia berusaha untuk mengalihkan pikiran dan perasaannya maka ia telah melakukan olah energi yang ada di dalam dirinya. Seperti yang tertulis di atas bahwa untuk bisa mengalihkan pikiran dibutuhkan jiwa yang sehat yaitu jiwa yang penuh dengan kesadaran. Kesadaran diliputi oleh penguasaan diri atas diri sendiri dan tidak dikuasai oleh lain hal, saat manusia terikat dengan suatu kemelekatan maka ia harus melepaskan kemelekatan itu agar ia mencapai kesadaran tertinggi.

Untuk mencapai kesadaran tentu saja manusia harus melibatkan kecerdasan intelektualnya terhadap banyak hal. Banyak mempelajari sesuatu sangat membantunya untuk meningkatkan kesadaran, lalu ia akan mudah melihat hal-hal dari berbagai sudut pandang, sehingga logika berjalan dengan baik. Melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain disebut juga dengan empati.

Seseorang yang berempati bisa menempatkan rasa sakit yang dialami oleh orang lain sebagai dirinya akan membawanya pada kesadaran yang tinggi dan bisa meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual saling terkait satu dan lainnya. Kita tidak akan pernah mengganggu kehidupan orang lain. Tidak akan menyakiti orang lain, hidup menjadi terarah, lebih tenang dan damai, mudah tersenyum dan lain sebagainya.

Mengalihkan pikiran cukup dengan menyadari bahwa itu bukan masalah dirinya, tetapi masalah orang lain. Menyadari bahwa faktor ekternal bukan tugasnya untuk menyelesaikan, tetapi orang yang bersangkutan, komentar tidak mengganggu aktivitas. Menyadari bahwa orang yang baik tidak mengomentari atau membicarakan hal yang tidak baik, isi kopi dalam teko yang tertuang kopi dan isi air putih dalam teko yang tertuang adalah air putih, maka dari itu untuk apa memikirkan apa yang dipikirkan orang lain tentangmu.

Memfokuskan diri memikirkan hal-hal bermanfaat apa yang bisa dilakukan. Fokus memperbaiki diri dari dalam dan terus membangun diri dan bertumbuh adalah solusi untuk mengalihkan pikiran. Gunakan energi seefisien mungkin, untuk menghindari tubuh fisik dan tubuh mental dari toxic yang beredar di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun