Trauma sering dijadikan tameng bagi para manipulator untuk melancarkan niat busuknya kepada calon korban, dengan mengatasnamakan kepedihan hati membuat orang lain menjadi tunduk dan memakluminya hingga akhir hayat.
Kendati demikian ada pula seseorang yang baik hati mengalami trauma dan ia tidak membalaskan sakit hatinya kepada orang tersebut atau kepada orang lain. ia hanya mencoba berdamai dengan dirinya sendiri dan berusaha tidak mengingatnya lagi.
Hanya saja, trauma tidak bisa hanya sekedar memaafkan tanpa melepas emosinya terlebih dahulu, semua menjadi sia-sia dan trauma itu akan datang kapan saja sesuai dengan bahan yang bisa mentrigernya.
Kita semua mempunyai trauma ketika kecil atau setelah dewasa, dari orang terdekat ataupun orang sekitar. Namun tidak semua trauma membuat orang menjadi lemah dan tidak berdaya atau berakibat merusak kehidupan orang lain karena rasa kecewa kita telah diperlakukan tidak baik oleh orang sekitar atau orang terdekat.
Rasa sakit akibat trauma dan menimbulkan dendam juga justru bisa membangkitkan semangat seseorang menjadi lebih baik di kehidupannya kelak, asalkan ia mampu merubah kebenciannya menjadi "dendam yang positif" atau membuktikan bahwa ia bisa menjadi lebih baik dari yang dikatakan oleh orang lain padanya.
Trauma memang membuat manusia enggan untuk mengulangi peristiwa yang sama atau mirip dengan yang pernah dialaminya.
Pertanyaannya, apakah trauma selalu menimbulkan hal negatif bagi dirinya dan orang lain? Siapa saja yang sangat berperan membuat luka hati tersebut? Seberapa dasyat dampak yang ditimbulkan ketika trauma ditularkan secara langsung ataupun secara genetik?
Berikut penjelasannya.
Efek Trauma dan Hal Negatif yang diciptakan
Trauma adalah keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal disebabkan oleh luka pada fisik atau psikis seseorang.