Setiap manusia ditakdirkan berpasangan dan pasangan yang sepadan atau sekufu seperti puzzle. Manusia menikah dengan orang yang dicintai pastinya menyenangkan hati, ada pula orang berjodoh tidak didasarkan cinta namun memiliki kesamaan yang ia ketahui atau yang tidak ia sadari.
Pernikahan pun ada yang berlangsung lama hingga maut memisahkan dan ada juga yang hanya sebentar saja, tentunya ada sesuatu yang mendasar yang membuat perpisahan tidak terelakan.
Namun di sisi lain, tidak sedikit pula manusia kesulitan menemukan pasangan jiwanya seolah tidak ada yang sesuai dengannya.
Apa yang membuat seseorang belum menemukan tambatan hatinya? Mengapa seolah jodoh itu jauh dan seolah sulit bertemu dengan orang yang sekufu dengan kita? Bagaimana agar kita mudah menemukan jodoh seperti yang kita inginkan tersebut? Dan mengapa pasangan yang sudah menikah memilih berpisah?
Berikut penjelasannya:
Mengapa Merasa Sulit Menemukan Tambatan Hati
Setiap manusia tentu memiliki kriteria tertentu untuk memilih seseorang menjadi pasangan hidupnya. Ada yang karena merasa krisis umur, sehingga sembarangan menikahi seseorang yang tidak sekufu dengannya atau memaksakan kehendak dan keadaan walaupun pada akhirnya hubungan berantakan. Tentu saja akhirnya menjadi penyesalan.
Seseorang bisa dekat karena ada kesamaan satu dengan lainnya, bila sudah tidak sama lagi maka akan berpisah, baik itu hubungan pertemanan atau dalam bentuk hubungan apapun.
Ada pula yang mengatakan jodoh sulit datang karena terlalu memilih atau menginginkan pasangan yang sempurna. Wajar saja menginginkan yang sempurna karena akan menjadi pasangan hidup selamanya.
Kita tentunya menginginkan pasangan yang soleh, solehah tetapi kita tidak sama dengannya sedangkan pasangan itu harus sekufu atau sepadan alias sama.
Menurut hukum Low of Attraction (LOA) atau hukum tarik menarik yang terjadi di alam semesta ini adalah kita selalu menarik sesuatu yang sama dengan kita. Bagaimana bisa menarik seseorang yang solehah sementara kita sendiri masih dengan kehidupan dan perilaku yang kurang baik.
Seseorang yang baik akan menikah dengan yang baik demikian pula yang tidak baik akan menikah dengan yang tidak baik. Orang yang pintar akan menikahi orang yang cerdas, orang yang cerdas akan menikahi orang yang mandiri. Orang yang mandiri akan menikahi orang yang bertanggung jawab, demikian pula yang takut menatap dunia akan menikahi orang yang kurang daya juangnya dan lainnya.
Walaupun banyak juga yang ingin menikah dengan pria yang bertanggung jawab dan cerdas tetapi kita tidak mengimbanginya, tidak akan pernah terjadi pernikahan, ia akan menoleh pada orang yang sama dengannya.
Lalu banyak pula para individu yang memaksakan kehendaknya dengan melakukan berbagai cara agar ia bisa memiliki pria tersebut menjadi pasangan hidupnya. "Ingin melihat karakter pasanganmu kelak, lihatlah dirimu dan bila ingin melihat karakter orangtuanya lihatlah anaknya" demikian kalimat bijak mengatakan tentang karakter manusia.
Saya sering kali mendengar keluhan orang yang datang pada saya, bahwa pasangan hidupnya perhitungan dan tidak menghargainya sebagai perempuan. Ia ingin bercerai dan berharap memiliki pasangan hidup yang lebih baik dari yang sebelumnya dan benar-benar ia lakukan.
Ketika itu ia telah menikah lagi dengan pasangan baru dan ia menemukan lagi peristiwa yang sama bahwa pasangannya pelit dan tidak menghargainya. Kok bisa seperti itu?
Tentu saja kejadian itu akan berulang karena magnetnya adalah dirinya sendiri. Ia akan selalu bertemu orang yang sama dengannya. Tapi ia selalu menyangkal dan tidak peduli walaupun hal itu selalu berulang.
Pada akhirnya ia menyerah dan mulai merubah diri menjadi seseorang yang lebih mudah bersedekah dan berbagi kepada orang yang membutuhkan dengan hati yang ikhlas, mulai berhati-hati bila bicara dengan suaminya dan akhirnya suaminya mulai berubah, tidak pelit lagi dan mulai bisa menghargainya, LOA sedang terjadi pada dirinya.
Bagaimana Agar Mudah Menemukan Jodoh Seperti yang Kita Inginkan?
Kita juga sering mendengar bahwa kita akan bertemu dan dekat dengan orang yang sefrekuensi. Tentunya bila tidak sama tidak akan pernah bertemu apalagi dekat dan menjalin hubungan hingga ke jenjang pernikahan. Semua hanya sekedar keinginan dan khayalan belaka.
Bila kita samakan diri kita dengannya dari sisi ilmu pengetahuan, kemampuan berbicara, bersikap yang baik, bertanggung jawab pada diri sendiri, menghargai orang lain.
Mampu menyelesaikan masalah dan tidak menimbulkan masalah baru, tidak keberatan membantu orang lain, mudah tersenyum atau ramah, menjaga waktu ibadah dan hal-hal yang diinginkan lainnya, maka kita akan menemukan orang yang sama seperti kita.
Bila kita menginginkan orang yang penyayang menjadi pasangan hidup kita, maka kita harus memiliki sifat penyayang dihati kita kepada orang lain, maka orang penyayang lainnya akan berdatangan kepada kita.
Ketika kita menggetarkan vibrasi positif, kita terlihat lebih menarik, bila belum menikah maka ia akan mudah memilih pasangan, seperti bunga yang dikelilingi kumbang dan ia bebas memilih siapa yang tepat menjadi pasangan hidupnya.
Namun bila yang kita getarkan energi negatif maka yang datang juga orang-orang yang negatif dan cenderung berpotensi merusak hidup, egois, tidak bertanggung jawab, dan hal negatif lainnya. Pilihan ada di tangan kita sendiri dan tentunya sering kita temui di sekitar, mendapatkan pasangan hidup yang merugikan dan merusak kebahagiaan.
Individu yang pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan tentunya dikarenakan kebiasaan negatifnya yang tersembunyi. Pentingnya merubah kebiasaan buruk menjadi baik, karena akan menjadi karakter, ini juga sebagai penentu jodoh yang seperti apa yang akan kita dapatkan.
Bila kita ingin pasangan hidup atau orang lain selalu menepati janji tentunya kita terlebih dahulu yang memiliki kebiasaan menepati janji, maka dengan sendirinya orang yang ada di dekat kita akan melakukan hal yang sama cepat atau lambat.
Ketika kita telah berenergi positif dan selalu melakukan hal baik secara konsisten hingga menjadi karakter, lalu kita ada di antara orang-orang yang tidak baik tentu saja kita tidak akan suka melihat mereka yang berbeda karakter dengan kita.
Alhasil kita akan kesulitan memilih dan menemukan pasangan yang kita inginkan. Apa yang harus dilakukan?
Tinggalkan area yang tidak baik tersebut dan mulai mencari area yang lebih baik dan sama seperti yang cenderung kita lakukan dalam hidup kita. Menemukan komunitas yang baik dan bermutu untuk kehidupan dan masa depan.
Mengapa Pasangan Bercerai?
Pasangan memilih bercerai karena beberapa alasan yaitu sudah tidak sejalan dan tidak sepemahaman. Ya tentu saja akan berpisah bila tidak sepemahaman dan tidak sepemikiran lagi alias tidak satu frekuensi lagi. Yang satu ke selatan dan yang satu lagi ke utara. Ada yang baru menemukan keburukan dari pasangannya di tahun pernikahan yang berikutnya dan membuat pasangan tidak berkenan dan lebih memilih bercerai.Â
Padahal sebenarnya kebiasaan itu memang sudah ada sejak lama ada pada dirinya, tetapi baru terlihat di kemudian hari dan mengapa harus terkejut?
Sebenarnya kebiasaan buruk itu juga ada pada kita hanya saja kita tidak mengakuinya bahwa kita juga memiliki kebiasaan itu, kalau tidak punya, mustahil kita dipertemukan dengannya.
Tidak mengenali diri sendiri inilah penyebab perceraian, kita menuntut pasangan hidup harus sempurna seolah ia tidak boleh memiliki kekurangan ketika berhadapan dengan kita, padahal tidak ada manusia yang sempurna yang ada hanyalah berusaha untuk sempurna.Â
Kenapa tidak mengenali diri sendiri? Bukannya dia yang tidak mengenali diri kita?
Tentu saja tentang diri sendiri, karena pasangan hidup seperti kembaran diri kita secara perilaku, kebiasaan, cara menyikapi dan lainnya, bila tidak sama berarti kita sedang menipu diri sendiri dan tentu tidak nyaman berdekatan dengannya.
Perpisahan terjadi karena sudah merasa tidak nyaman, tidak seimbang lagi dan merasa jenuh dengan harapan yang tidak terpenuhi. Harapan-harapan ini hanya sekedar diharapkan tetapi tidak diupayakan.
Bagaimana cara mengupayakannya? Dan siapa yang melakukannya?
Tentunya diri sendiri yang memulai dan yang melakukannya. Bila pasangan tidak merasakannya karena kita melakukannya tidak dari hati kita tetapi dari akal dan akal hanya berhenti pada akal orang lain pula.Â
Tidak ada yang tidak mungkin bila kita mau dan bertekad melakukan perubahan-perubahan di setiap keinginan kita. Cepat atau lambat, apa yang diusahakan akan menghasilkan, bila konsisten melakukan perubahan yang baik, sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Ingin pasangan hidup yang baik dan penyayang, maka kita harus menjadi baik dan memiliki sifat welas asih kepada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H