Padahal sebenarnya kebiasaan itu memang sudah ada sejak lama ada pada dirinya, tetapi baru terlihat di kemudian hari dan mengapa harus terkejut?
Sebenarnya kebiasaan buruk itu juga ada pada kita hanya saja kita tidak mengakuinya bahwa kita juga memiliki kebiasaan itu, kalau tidak punya, mustahil kita dipertemukan dengannya.
Tidak mengenali diri sendiri inilah penyebab perceraian, kita menuntut pasangan hidup harus sempurna seolah ia tidak boleh memiliki kekurangan ketika berhadapan dengan kita, padahal tidak ada manusia yang sempurna yang ada hanyalah berusaha untuk sempurna.Â
Kenapa tidak mengenali diri sendiri? Bukannya dia yang tidak mengenali diri kita?
Tentu saja tentang diri sendiri, karena pasangan hidup seperti kembaran diri kita secara perilaku, kebiasaan, cara menyikapi dan lainnya, bila tidak sama berarti kita sedang menipu diri sendiri dan tentu tidak nyaman berdekatan dengannya.
Perpisahan terjadi karena sudah merasa tidak nyaman, tidak seimbang lagi dan merasa jenuh dengan harapan yang tidak terpenuhi. Harapan-harapan ini hanya sekedar diharapkan tetapi tidak diupayakan.
Bagaimana cara mengupayakannya? Dan siapa yang melakukannya?
Tentunya diri sendiri yang memulai dan yang melakukannya. Bila pasangan tidak merasakannya karena kita melakukannya tidak dari hati kita tetapi dari akal dan akal hanya berhenti pada akal orang lain pula.Â
Tidak ada yang tidak mungkin bila kita mau dan bertekad melakukan perubahan-perubahan di setiap keinginan kita. Cepat atau lambat, apa yang diusahakan akan menghasilkan, bila konsisten melakukan perubahan yang baik, sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Ingin pasangan hidup yang baik dan penyayang, maka kita harus menjadi baik dan memiliki sifat welas asih kepada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H