Dikutip dari sebuah hadist:
Sifat dendam akan melahirkan keburukan. Rasulullah SAW bersabda "Orang-orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling pendendam" (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut tabel consciousness David. R. Hawkins, membenci dan mendendam berada pada level force yaitu 30 Hz (bersikap agresif untuk menghancurkan orang lain) level energi yang sangat rendah, tentu saja orang-orang yang membenci dan mendendam sulit sekali mendapatkan apa yang diinginkannya di dalam kehidupan.Â
Ketidaknyamanan ini tidak hanya berhenti pada sulitnya kehidupan di dunia bahkan pada kehidupan berikutnya. Rasa puas saat membalaskan dendam tersebut membuat ia lupa segalanya dan menjadikannya sosok yang tidak bersahabat dan mengalami banyak kerugian.
Cara Keluar dari Perasaan DendamÂ
Tidak mudah tentunya ketika seseorang telah dikuasai oleh bawah sadar yang dipenuhi dengan kemarahan dan dendam pada seseorang. Biasanya orang memulainya dengan menggunjingkannya, menghina dan menghujat sepuas hati tapi ternyata hal itu justru membuat kebencian tersebut menetap dan menguat. Lalu ia mulai merancang cara untuk menjatuhkan hingga membuat rasa puas di hatinya.
Apakah setelah menjatuhkannya emosi negatif yang ada di pikiran dan perasaan kita telah selesai?, tentu saja tidak. Mengapa demikian?, hukum Tarik menarik yang ada di alam semesta ini membuat kebencian dan kemarahan serta dendam tersebut menarik dan menggulung rasa benci, dendam dan kemarahan yang ada di alam semesta ini, membuat manusia di sekitar bereaksi untuk membenci, marah dan mendendam pada kita tanpa kita sadari. Energi yang sama akan berkumpul, benci menarik kebencian, marah menarik kemarahan dan dendam menarik kesulitan-kesulitan di dalam kehidupan.
Apa cara yang paling efektif untuk menyelamatkan kita dari kebencian dan dendam?. Tentu saja memaafkan dan memaklumi orang yang pernah menyakiti  atau tidak terpengaruh dengan segala perilakunya. Memaafkan dan memakluminya bahwa ia tidak tahu apa yang dilakukannya itu salah, menyakiti hati dan mereka tidak benar-benar mengerti apa yang kita rasakan.Â
Setiap manusia memiliki persepsi dan asumsi, persepsi dan asumsi inilah yang membuat setiap manusia melakukan reaksi hasil dari pikirannya masing-masing. Setiap reaksi dari orang lain tidak harus kita tanggapi dengan serius hingga membuat kita sulit tidur dan lainnya.
Saya diajak bicara oleh teman saya bahwa bila kita memaafkan orang yang menyakitinya, ia akan menyangka kita takut dengannya dan membuat ia semakin berani pada kita. Saya katakan padanya bahwa memaafkan kesalahnnya bukan untuk dia tetapi untuk diri kita sendiri sendiri. Ketika kita memaafkan orang lain yang mendapat ketenangan dan kedamaian tentunya diri kita sendiri, kita akan berhenti merasakan sakit hati, dunia terasa nyaman dan kemudahan dalam hidup karena tidak ada lagi ganjalan di hati.
Bagaimana dengan orang yang kita maafkan?, itu kembali pada pilihannya sendiri. Apakah ia menyadari kekeliruannya telah membenci dan mendendam atau malah meneruskan kebenciannya itu dan tentunya yang tidak nyaman dirinya sendiri, bukan kita.Â