Guncangan batin yang tidak tertahankan hingga menumpahkan air matanya, namun apakah kesedihan itu perlu dipertahankan terus menerus? Kapan kita harus menghentikan kesedihan tersebut?Â
Apakah itu disebabkan oleh orang lain atau karena merasa menyesal telah berbuat kesalahan kepada orang lain. Tentu saja kita harus segera menghentikannya karena kesedihan itu dapat merusak kebahagiaan dan membuat kita merasa lebih tidak berharga sebagai makhluk Allah SWT yang sempurna secara penciptaan.
Menangis boleh saja, namun tidak larut dalam kesedihan dan kemarahan tersebut. Kesedihan dan kemarahan atau kekecewaan berada pada level energi yang rendah yaitu 20 HZ dan tentunya kita akan menarik hal yang menyedihkan lainnya masuk ke dalam kehidupan, karena manusia memiliki kekuatan dalam pikiran dan perasaannya (gelombang elektromagnetik atau medan magnet).Â
Apakah kita ingin sengsara akibat dari perbuatan orang lain? Tentu saja tidak, bukan?Â
Peran yang kita sandang dalam kehidupan tidak harus dijiwai hingga menyakiti diri dalam realita kehidupan kita sendiri, sedangkan kesedihan yang terus menerus berada pada alam bawah sadar yang tidak dilepaskan.
Mereka yang menyiksa psikis orang lain telah dipenuhi oleh prasangka tidak baik dan merusak kesehatan psikis orang lain, namun apakah kita ingin dipermainkan dengan permainan yang mereka ciptakan?
Tentu saja tidak. Lepaskan kesedihan dan kemarahan tersebut dan kembalilah merdeka secara hakiki, kita berhak untuk bahagia dan berdaulat penuh terhadap diri sendiri.Â
Siapa lagi yang membuat kita bahagia selain diri sendiri yang mampu menciptakannya, kebahagiaan seperti apa yang kita inginkan hanya kita yang benar-benar memahaminya.
Sebab Berputus Asa
Putus asa berasa dari dua sumber, yaitu rasa memiliki yang sangat kuat dan tidak percaya dengan diri sendiri. Dua hal ini menciptakan cerita yang panjang kepada psikis maupun fisik seseorang, mengapa demikian?