Setiap individu memiliki kenangan di masa lalu, apakah itu tentang duka ataukah tentang kebahagiaan.Â
Sebagian masa lalu tersebut ada yang menyisakan luka dan ada pula yang membuat kita kembali tersenyum ketika mengingat atau teringat tentang hal tersebut.Â
Kenangan tersebut tersimpan di dalam long term memory dan tidak dapat dihapus, apakah kamu punya kenangan indah yang membuatmu tersenyum atau malah membuatmu bersedih?
Kebanyakan di antara kita cenderung mengingat hal-hal yang menyakitkan hingga kita lupa bahwa sebenarnya ada kenangan indah yang pernah dilalui ketika itu.Â
Apakah kenangan indah tersebut ada ketika bersama kedua orang tua yang telah tiada, kenangan ketika masa sekolah, ketika bersosialisasi dan beraktivitas dengan hobi, mencetak prestasi dalam hidup, pernah membahagiakan orang lain dan mendapatkan imbas kebahagiaan yang serupa dengannya dan lain sebagainya.Â
Tentunya ada kenangan indah tersebut terselip di masa lalu, hanya kita mengabaikan dan merasa kenangan indah tidak perlu diingat sehingga hanya terfokus pada hal yang menyakitkan saja.
Hal seperti ini memang terkesan sepele dan tidak penting bagi sebagian orang, namun mengingat kenangan indah ini sangat luar biasa manfaatnya bagi jiwa seseorang yang sedang membutuhkannya.Â
Sebenarnya apa perlunya kita mengingat kenangan indah tersebut? Mengapa manusia cenderung mengingat hal yang menyakitkannya? Bagaimana kita mengakses kebahagiaan di tengah-tengah hati yang sedang berduka? Berikut penjelasannya.
Apa Perlunya Kenangan Indah dikenang?
Kenangan indah banyak macamnya dan tentu kita bahagia ketika menjalaninya, apa yang perlu diakses ketika mengingat kenangan indah tersebut? Tentu saja tentang rasa. Perasaan bahagialah yang ingin kita akses ke dalam kehidupan saat ini.Â
Berhubung sulitnya kita mendapatkan kebahagiaan di masa sekarang yang sarat dengan berita yang mengerikan dan memilukan hati, tentunya mental menjadi down dan terkadang membuat kita mendekati apatis dan berlaku semaunya karena merasa tidak berarti.
Rasa bahagia atas kenangan indah ini dapat menghantarkan manusia kepada hal-hal yang diinginkannya dan menjadi jembatan baginya untuk mendapatkan kebahagiaan-kebahagiaan yang lainnya masuk ke dalam kehidupannya di masa sekarang.Â
Apakah kita harus mengulangi kenangan tersebut di masa sekarang? Bila hal tersebut bersifat prestasi kenapa tidak? Tetapi mengulangi hal yang sama dalam perilaku dan jenis kenangan sesuai dengan usia di masa lalu yang tidak mungkinkan?
Tujuan mengakses kenangan di masa lalu hanya menitikberatkan pada "rasa", bahwa kita pernah bahagia dan akan mengulangi kebahagiaan itu di masa sekarang dengan beda versi yang sesuai dengan usia di masa sekarang.
Kebahagiaan memiliki level energi yang tinggi (600 Hz) dan seperti yang kita ketahui bersama bahwa kebahagiaan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan fisik, psikis dan finasial.Â
Rasa bahagia juga dapat dirasakan oleh orang di sekitar kita dan mendapatkan energi yang terbias dari orang yang bahagia tersebut.Â
Bahagia ini juga dapat merubah orang lain tanpa memberikannya kata-kata atau nasihat, energi bahagia ini membuat orang lain menjadi nurut dan sayang pada kita tanpa diminta, mereka akan meniru dengan sendirinya walaupun kesulitan bagaimana cara ia mengaksesnya. Sedangkan mengingat hal yang menyakitkan atau kesedihan tersebut ada pada level energi yang sangat rendah yaitu (50 Hz).Â
Pernahkah kita bayangkan ketika kita selalu mengakses informasi dari long term memori dengan "kotak masa lalu" yang menyakitkan?Â
Tentu air mata akan mengalir dan mulai membenci banyak orang terutama individu yang ada andil dalam kenangan tersebut yaitu kita dan orang-orang tersebut, bukan hanya membenci mereka yang menyakiti tetapi juga membenci diri sendiri.
Mengapa Manusia Cenderung Mengingat Hal yang Menyakitkan?
Manusia cenderung mengenang apa yang membuatnya terlalu sedih atau terlalu bahagia, karena neuron menebal akibat dari peristiwa yang pernah dialami dan semakin sering terjadi akan semakin tebal dan tentunya kita akan sangat mengingat hal tersebut.Â
Kenangan indah atau tidak pastinya kita yang menciptakannya dan orang lain hanya sebagai pelengkap dalam skenario hidup ketika itu, kitalah sebagai pemeran utamanya apakah peran tersebut antagonis atau protagonis.Â
Lalu mengapa kita menyalahkan orang lain ketika kita benar-benar mengetahui bahwa kitalah pemeran utama dalam kenangan itu?
Lantas apa yang membuat individu cenderung mengingat hal-hal yang menyakitkannya?
1. Kurang Aktivitas Positif yang Menguras Pikiran
Saat individu berdiam diri tanpa aktivitas yang berhubungan dengan pikiran atau sedang melakukan kegiatan rutin misalnya saja sedang menonton televisi, berbicara dengan orang lain yang ada hubungannya dengan kenangan, maka otak akan memanggil ulang cerita yang berkaitan ke permukaan. Otak akan mengulas kenangan buruk tersebut.
2. Cenderung Melakukan Hal yang Tidak BermanfaatÂ
Ketika seseorang melakukan hal yang tidak ada manfaatnya ketika ada dalam satu perkumpulan yang tidak jelas tujuannya, maka manusia cenderung membicarakan berbagai hal dan permasalahan masing-masing, pada akhirnya mengulas masa lalu.Â
Mengeluhkan betapa tidak bahagia dirinya hingga mood menjadi turun dan berada pada siklus yang selalu sama.
3. Membandingkan Dirinya dengan Orang LainÂ
Kecenderungan manusia membandingkan kehidupannya dengan orang lain hingga berhenti pada mengasihani diri atau malah mengutuk diri bahwa kehidupannya tidak sebaik dan semewah orang lain, hal ini membuatnya menjadi berkecil hati.Â
Menginginkan kehidupan yang lebih baik seperti yang lainnya tetapi tidak berupaya melepas kebiasaan yang tidak baik.Â
Kita terkadang lupa bahwa setiap manusia memiliki keunikan sendiri dan tidak pernah sama dalam hal apapun.
4. Terlalu Memandang Rendah Diri SendiriÂ
Kita sering kali lupa bahwa semua makhluk memiliki kelebihan dan kekurangan, namun terkadang kita hanya melihat kekurangan saja tanpa berani melihat kelebihan diri, sehingga menjadikan kita kehilangan kepercayaan diri.Â
Memandang rendah terhadap diri sendiri ini membuat kita tidak ingin melakukan perubahan dan tidak memiliki tujuan hidup yang dapat membahagiakan.
Ketika individu memiliki banyak aktivitas di dalam keseharian tentu ia akan memiliki rekaman peristiwa baru dalam memorinya dan membuat hidupnya lebih berwarna dan bermutu.Â
Mengupayakan diri menjadi sosok yang lebih bermanfaat bagi orang banyak dan tidak lagi berada pada rekaman masa lalu yang tidak perlu. Seseorang akan menjadi sosok yang baru sesuai dengan aktivitas baru yang dilakukannya.
Bagaimana Mengakses Kebahagiaan di waktu Hati Sedang Berduka?
Terasa sulit ketika kita mencampurkan keduanya antara bahagia dan duka, namun otak manusia diperintah sesuai dengan keinginan hati, pertanyaannya apakah kita mau beranjak meninggalkan kesedihan tersebut atau tidak?
Bila mau tentu hati akan kuat mendorong kita untuk melepaskan kesedihan dan mulai merencakan kebahagiaan apa yang ingin diraih.Â
Seseorang yang memiliki tujuan hidup tentu akan lebih bersemangat dalam hidupnya dan terjadi sebaliknya bila ia hanya sekedar melewati waktu berlalu maka sudah tentu ia akan mudah terbawa dengan pikiran masa lalu.
Dalam hidup ini hanya ada dua pilihan, bahagia atau tidak bahagia. Memilih bahagia berarti siap melepaskan masa lalu yang menyakitkan dan menyedihkan tersebut.Â
Pikirkan hanya hal-hal yang menyenangkan saja, guru saya kerap mengatakan bahwa "menghayalkan keinginan" itu lebih baik dari pada mengingat hal menyakitkan hati yang sudah lama berlalu.Â
Saat bersedih langsung mengingat hal yang menyenangkan otomatis kesedihan akan menghilang dengan cepatnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H