Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bullying Kerap Terjadi, Bagaimana Cara Menyikapinya?

13 November 2021   13:38 Diperbarui: 15 November 2021   10:17 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Universum (alam semesta) merupakan ruang dimana tempat kita berada, yang berisi energi dan materi yang dimilikinya, ilmu alam semesta ini berkembang dalam fisika dan astronomi dimana memiliki hukum-hukum yang terkait dengan aktifitas yang terjadi di alam semesta ini. 

Model ilmiah awal alam semesta ini dikembangkan oleh filsuf Yunani kuno dan india kuno yang bersifat geosentris. Salah satu hukum alam semesta yang berhubungan dengan bullying adalah hukum polaritas.

Sebagai contoh yang lain dari hukum polaritas ini adalah adanya siang dan malam, adanya aparat dan pelaku kriminal, adanya ustad dan orang-orang yang "butuh diluruskan", adanya orang baik dan orang buruk dan lainnya. 

Tentu saja bullying tidak dapat dihentikan karena mereka selalu berpasangan dengan seseorang yang baik hatinya dan sabar. Pembully yang mencari sasaran emosi negatifnya kepada orang yang lemah dan tidak bersalah.

Berani selalu bersanding dengan yang lemah, bila kuat dan kuat bertemu maka akan terjadi kehancuran. 

Hukum alam ini terjadi secara alamiah, ia akan menekan sesuatu yang rendah kekuatannya dengan mudah tanpa bersusah payah agar menguasai medan tersebut. Angin akan berhembus kedataran yang rendah, demikian pula yang terjadi dengan manusia.

Bagaimana agar pembully tidak mendatangi kita? Tentunya kita harus memiliki energi yang lebih kuat atau paling tidak setara dengannya. Bukan dalam hal kejahatannya namun dalam hal energi (keberanian atau semangat) di dalam diri sendiri. 

Energi mudah dirasakan oleh orang tertentu ketika ia sedang membutuhkan sasaran emosi dan individu yang lemah tersebutlah yang menjadi sasaran pelampiasan emosinya.

Saya analogikan dengan seekor singa yang memiliki "keangkeran" tersendiri sehingga ia mendapat julukan raja hutan, karena ia memiliki keberanian dan energik. 

Singa tersebut dapat memakan apa saja termasuk gajah sekalipun, karena tekadnya yang kuat untuk mengalahkan mangsanya di saat yang dibutuhkan (Ketika ia lapar). 

Sikap berani singa tersebut menciptakan stigma bahwa singa adalah hewan buas yang ganas dan memiliki wibawa tersendiri di antara hewan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun