Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bullying Kerap Terjadi, Bagaimana Cara Menyikapinya?

13 November 2021   13:38 Diperbarui: 15 November 2021   10:17 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bullying (Sumber: shironosov via regional.kompas.com)

Merujuk pada kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) bullying adalah perundungan dengan artian mengganggu, mengusik terus-menerus dan menyusahkan, menindas orang lain dengan tujuan menyiksa. 

Tujuan para pembully ini agar target tidak merasa nyaman dalam kehidupannya dan menghilangkan rasa percaya dirinya. 

Di zaman yang serba teknologi ini masih banyak terjadi bullying dari kalangan tertentu kepada orang-orang tertentu yang cenderung nyaman dalam kehidupannya dan berjiwa damai.

Kasus bullying tidak hanya terjadi di sekolah, kampus, dalam keluarga, area pemukiman, namun di media sosial dan media online kerap terjadi hal seperti ini dan dilakukan oleh oknum dari segala usia.

Usaha menyakiti ini sangat meresahkan dan membuat korban mendapat kerugian secara psikis, terganggu secara kehidupan sosial dan masih banyak hal lainnya yang merugikan. 

Bullying ada yang verbal dan non verbal, di media sosial kasus bullying kerap terjadi melalui sindiran, menghina individu mulai dari bentuk fisik, bullying secara seksual (bullying secara verbal), mengucilkan seseorang tanpa alasan yang tepat termasuk bagian dari bullying (bullying secara non verbal).

Individu yang melakukan tindakan kekerasan melalui verbal atau kata-kata, melukai orang lain, memfitnah, merendahkan orang lain adalah tindak kejahatan. 

Menurut UU perlindungan anak bullying adalah tindak pidana dan UU perlindungan anak korban kekerasan diberikan hak untuk menuntut ganti rugi materi atau immaterial terhadap pelaku kekerasan. 

Siapa yang membully dan yang dibully? Mengapa terjadi hal seperti ini di dalam kehidupan? Apa yang dapat dilakukan bila mengalami hal seperti ini? Mengapa para pembully sulit dihentikan?

Pembully dan Korban

Bullying kerap terjadi pada orang yang terlihat lemah secara penampakan fisik, suara yang pelan dan berwajah lembut, terkesan putus asa, tidak banyak teman dan cenderung menyendiri atau kurang suka berada di suatu perkumpulan atau kelompok. 

Bullying ini juga kerap terjadi pada orang yang sering mengalah dan sabar terhadap beberapa kondisi. 

Bullying sering menyerang individu yang mudah menerima banyak hal tanpa menunjukan reaksi yang frontal terhadap suatu pembicaraan dan terkesan pendiam atau mengamati. 

Apakah pembully memiliki ciri tertentu?, ya, mereka mudah dikenali. Para pembully terkenal dengan keberaniannya dalam menyuarakan hal tertentu dalam suatu perkumpulan dan terkenal dominan. 

Mereka suka berkelompok dan terkadang dapat terjadi secara perorangan kepada orang yang lemah, bersuara jelas atau keras, memiliki sikap yang frontal dan terbuka, karena keterbukaannya inilah terkadang mereka sulit mengontrol pembicaraannya kepada orang lain sehingga menimbulkan Bahasa yang semaunya kepada orang lain tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

Terjadi perbandingan terbalik dari korban yang biasanya terlihat pendiam dan mengamati. Namun sebenarnya bullying ini dapat dihindari dengan mulai bersikap sama seperti pembully pada umumnya, dalam artian seperti karakteristik yang saya sebutkan di atas. 

Ilustrasi Bullying | Sumber:Shutterstock/bunch high school delinquents bully smaller
Ilustrasi Bullying | Sumber:Shutterstock/bunch high school delinquents bully smaller

Para pembully dapat merasakan energi calon korbannya, energi takut dan khawatir ini yang dirasakan oleh mereka sehingga mereka mudah menindas orang yang terlihat lemah tersebut.

Dalam hal attitude atau sikap para pembully dan korban tentu terlihat kontras yaitu pemberani dan pendiam atau terkesan penakut. Energi yang dapat dirasakan ini menciptakan suatu sikap apakah ia pemberani atau tidak. 

Di lain sisi, para pembully tidak benar-benar mengenali calon korbannya yang cerdas dalam menata emosinya, sehingga terkadang membuat pembully terkejut karena calon korban ternyata bukan sasaran yang tepat, terjadi reaksi terbalik, bukannya menangis malah melawan dengan keras dan mendorong yang membully sehingga terjadi keributan dan pengeroyokan.

Saya memiliki teman yang terlihat lemah dan pendiam, ia sering sekali dibully oleh orang-orang di sekitarnya dan ia selalu mengalah dengan dalih tidak ingin ribut, namun saat itu saya menyaksikannya sendiri bahwa ia bukanlah orang yang lemah seperti yang sering dibicarakan oleh orang-orang tersebut. 

Suatu ketika ia mendapat perlakuan yang sama dari orang lain dan seketika itu juga ia tunjukan jati dirinya bahwa ia seorang yang pemberani. 

Ia mulai menyerang orang tersebut karena menurutnya telah melampaui batas kewajaran dan pada akhirnya pembully tersebut menjadi jera dan tidak melakukannya lagi.

Keberagaman Kepribadian

Anak-anak mudah menangkap informasi melalui kedua mata dan telinganya, ia menyimpan informasi tersebut dalam waktu yang lama hingga ia dapat melakukan hal yang sama seperti apa yang pernah dilihatnya tersebut ke dalam realita kehidupannya. 

Antara para pembully dan korban masing-masing memiliki pola asuh di dalam keluarga dan lingkungannya, pola ini sangat mempengaruhi proses tumbuh kembang mereka hingga dewasa dan dapat menentukan seperti apa mereka berperilaku. 

Pola asuh yang ditanamkan oleh orang sekitarnya kebaikan dengan tutur kata yang baik, membuat mereka mampu mengendalikan tutur kata kepada orang yang lainnya dan terjadi sebaliknya.

Walaupun tidak seluruh manusia memiliki sikap yang sama kepada orang lain (membully), namun seluruh manusia punya kemampuan untuk membully. Hanya saja ada yang frontal ada yang "jalur belakang". 

Mereka yang blak-blakan lebih mampu melakukan hal ini daripada yang pendiam dan tenang, bahkan yang menjadi korban secara frontal ini selalu yang tenang dan pendiam, tidak menutup kemungkinan yang pendiam dan tenang ini juga mampu membuat perlawanan yang serupa dengan mereka, mereka juga mampu melakukannya hanya saja dengan cara yang berbeda.

Keberagaman kepribadian ini merupakan hal yang unik dalam kehidupan yaitu ada yang kuat dan lemah seperti dua kutub yang berlawanan, terjadi hukum polaritas dan sebenarnya saling membutuhkan. 

Tidak akan ada yang kuat bila tidak ada yang lemah. Dikatakan kuat karena ia memiliki pembanding yang lain yaitu lemah. 

Inilah yang membuat para pembully melakukan hal itu, cara ia melemahkan orang lain dengan membullynya, ia ingin terlihat kuat dan berkuasa di antara yang terlihat lemah tersebut.

Bullying Sulit Dihentikan dan Bagaimana Menyikapinya

Universum (alam semesta) merupakan ruang dimana tempat kita berada, yang berisi energi dan materi yang dimilikinya, ilmu alam semesta ini berkembang dalam fisika dan astronomi dimana memiliki hukum-hukum yang terkait dengan aktifitas yang terjadi di alam semesta ini. 

Model ilmiah awal alam semesta ini dikembangkan oleh filsuf Yunani kuno dan india kuno yang bersifat geosentris. Salah satu hukum alam semesta yang berhubungan dengan bullying adalah hukum polaritas.

Sebagai contoh yang lain dari hukum polaritas ini adalah adanya siang dan malam, adanya aparat dan pelaku kriminal, adanya ustad dan orang-orang yang "butuh diluruskan", adanya orang baik dan orang buruk dan lainnya. 

Tentu saja bullying tidak dapat dihentikan karena mereka selalu berpasangan dengan seseorang yang baik hatinya dan sabar. Pembully yang mencari sasaran emosi negatifnya kepada orang yang lemah dan tidak bersalah.

Berani selalu bersanding dengan yang lemah, bila kuat dan kuat bertemu maka akan terjadi kehancuran. 

Hukum alam ini terjadi secara alamiah, ia akan menekan sesuatu yang rendah kekuatannya dengan mudah tanpa bersusah payah agar menguasai medan tersebut. Angin akan berhembus kedataran yang rendah, demikian pula yang terjadi dengan manusia.

Bagaimana agar pembully tidak mendatangi kita? Tentunya kita harus memiliki energi yang lebih kuat atau paling tidak setara dengannya. Bukan dalam hal kejahatannya namun dalam hal energi (keberanian atau semangat) di dalam diri sendiri. 

Energi mudah dirasakan oleh orang tertentu ketika ia sedang membutuhkan sasaran emosi dan individu yang lemah tersebutlah yang menjadi sasaran pelampiasan emosinya.

Saya analogikan dengan seekor singa yang memiliki "keangkeran" tersendiri sehingga ia mendapat julukan raja hutan, karena ia memiliki keberanian dan energik. 

Singa tersebut dapat memakan apa saja termasuk gajah sekalipun, karena tekadnya yang kuat untuk mengalahkan mangsanya di saat yang dibutuhkan (Ketika ia lapar). 

Sikap berani singa tersebut menciptakan stigma bahwa singa adalah hewan buas yang ganas dan memiliki wibawa tersendiri di antara hewan lainnya.

Berani dengan berani akan mendapatkan keseimbangan secara energi, namun berani dengan lemah dapat membuat yang lemah menjadi tertekan dan terkuasai oleh yang berani. 

Bully harus dilawan dengan keberanian dan prinsip bahwa setiap manusia memiliki hak untuk membela dirinya dari hal yang tidak layak. 

Terkadang manusia perlu mempelajari 2 kepribadian lain yang tidak dimilikinya, yang memiliki kepribadian lemah perlu mempelajari kepribadian kuat dari kepribadian lainnya agar dapat melindungi dirinya dari tindak kekerasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun