Namun akan berbanding terbalik ketika situasi frekuensi otak berada pada gelombang otak yang rendah, maka informasi akan tertelan bulat-bulat dan individu akan percaya tentunya karena tidak memiliki ilmu sebagai pembanding antara kebenaran dengan berita palsu tersebut.
Pilihan tentunya ada pada diri kita sendiri, apakah kita akan mengakses informasi ketika frekuensi otak sedang tinggi atau rendah.Â
Manusia akan seketika seolah tersetir dengan energi yang baru saja diakses ke dalam pikirannya, sehingga menimbulkan efek ketakutan atau justru ketenangan di dalam dirinya sendiri.Â
Di sinilah peran diri sebagai makhluk sosial yang diciptakan dengan akal dan pikiran, apakah kita mampu menjaga diri melalui pikiran kita sendiri.
Membiarkan diri kita diombang-ambing dengan informasi yang tidak baik merupakan cara diri mengabaikan keseluruhan tubuh dan perasaan kita sebagai makhluk ciptaan tuhan yang sangat berkuasa terhadap diri sendiri.Â
Kekuasaan mengolah dan menjaga diri seolah hanya wacana saja, lalu kita membiarkan seluruh energi tidak baik memasuki wadah tubuh ini tanpa memikirkan dampak yang akan diterima. Mengakses informasi yang baik merupakan cara kita menjaga diri.
Sebab Manusia Melakukan Perihal Dengan Cara Berulang
Akal dan pikiran merupakan filter dan motor bagi manusia. Otak manusia memiliki fungsi salah satunya menciptakan bentuk dari suatu energi yang ditangkap oleh kedua mata dan telinga serta pembuluh meridian.Â
Ketika otak telah membentuk energi tersebut, maka pembuluh meridian akan melakukan reaksi merinding spontan dan mulai timbul pikiran negatif dari suatu bentuk yang direkayasa oleh otak kanan maka ketakutanpun terjadi.Â
Ketika amygdala menyimpan rasa takut tersebut dalam kurun waktu yang panjang, maka pikiran dan perasaan mulai merasakan stres akibat terpicunya kelenjar adrenalin dan mempengaruhi jantung manusia.