Pernahkah kita mendengar ada energi yang dapat membunuh manusia? Tentu tidak.Â
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa energi adalah sesuatu yang abstrak, tidak berbau dan tidak terlihat namun dapat dirasakan. Secara logika manusia, energi tidak dapat melakukan apapun terhadap nyawa manusia.
Pada saat energi digerakan dan diarahkan, maka energi tersebut dapat difungsikan sesuai dengan keinginan manusia. Contoh energi listrik, energi air, energi angin, energi panas bumi, dan lain sebagainya.
Dengan tidak adanya bentuk, pada awalnya ini membuat manusia tidak mengenali seperti apa energi. Lalu manusia tidak menyadari energi murni dapat dengan sengaja diakses ke dalam pikiran dan membuat persoalan dalam kehidupannya.
Energi yang tidak disadari tersebut adalah pikiran. Di mana manusia dengan sengaja mengakses energi tersebut untuk merusak dirinya sendiri, seperti informasi yang mengerikan dan menimbulkan rasa ketakutan. Ketakutan ini mendera manusia hingga membuatnya mendapatkan banyak keluhan di kemudian hari.
Mengapa kita dengan sengaja mengakses energi tersebut agar menggerogoti pikiran dan perasaan? Apa yang membuat manusia cenderung melakukan hal berulang? Seberapa penting logika untuk menangkal energi tidak baik menyusup ke dalam pikiran? Berikut penjelasannya...
Mengakses Energi Dengan Sengaja Masuk Ke dalam Pikiran
Mengetahui karena memiliki ilmu pengetahuan dalam bidang yang diketahui, penting sekali bagi setiap individu mengetahui banyak ilmu agar dapat membedakan kebenaran dengan berita palsu.Â
Banyak referensi ilmu pengetahuan merupakan cara logika bekerja secara efektif. Tidak hanya sekali mendengar langsung percaya tanpa dicerna terlebih dahulu.
Mengakses informasi dengan sengaja karena ingin mengetahui dan didorong dengan rasa penasaran yang tinggi terhadap informasi terkini dapat mengakibatkan peningkatan emosi lanjutan, apakah emosi tersebut negatif atau positif, tergantung dari keinginan individu tersebut. Dampak yang dapat terjadi setelahnya sesuai dengan tingkat fokus individu tersebut dalam mencerna informasi.
Ketika manusia mendengar tentang informasi, otak kritikal seketika menolak informasi tersebut ketika ada ilmu pengetahuan di dalam pikiran individunya. Maka akan terjadi penganalisisan informasi yang didapatkan, frekuensi otak meningkat, dan terjadilah penolakan.Â
Namun akan berbanding terbalik ketika situasi frekuensi otak berada pada gelombang otak yang rendah, maka informasi akan tertelan bulat-bulat dan individu akan percaya tentunya karena tidak memiliki ilmu sebagai pembanding antara kebenaran dengan berita palsu tersebut.
Pilihan tentunya ada pada diri kita sendiri, apakah kita akan mengakses informasi ketika frekuensi otak sedang tinggi atau rendah.Â
Manusia akan seketika seolah tersetir dengan energi yang baru saja diakses ke dalam pikirannya, sehingga menimbulkan efek ketakutan atau justru ketenangan di dalam dirinya sendiri.Â
Di sinilah peran diri sebagai makhluk sosial yang diciptakan dengan akal dan pikiran, apakah kita mampu menjaga diri melalui pikiran kita sendiri.
Membiarkan diri kita diombang-ambing dengan informasi yang tidak baik merupakan cara diri mengabaikan keseluruhan tubuh dan perasaan kita sebagai makhluk ciptaan tuhan yang sangat berkuasa terhadap diri sendiri.Â
Kekuasaan mengolah dan menjaga diri seolah hanya wacana saja, lalu kita membiarkan seluruh energi tidak baik memasuki wadah tubuh ini tanpa memikirkan dampak yang akan diterima. Mengakses informasi yang baik merupakan cara kita menjaga diri.
Sebab Manusia Melakukan Perihal Dengan Cara Berulang
Akal dan pikiran merupakan filter dan motor bagi manusia. Otak manusia memiliki fungsi salah satunya menciptakan bentuk dari suatu energi yang ditangkap oleh kedua mata dan telinga serta pembuluh meridian.Â
Ketika otak telah membentuk energi tersebut, maka pembuluh meridian akan melakukan reaksi merinding spontan dan mulai timbul pikiran negatif dari suatu bentuk yang direkayasa oleh otak kanan maka ketakutanpun terjadi.Â
Ketika amygdala menyimpan rasa takut tersebut dalam kurun waktu yang panjang, maka pikiran dan perasaan mulai merasakan stres akibat terpicunya kelenjar adrenalin dan mempengaruhi jantung manusia.
Debar jantung yang kerap berdetak dengan tidak normal karena rasa takut tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam hal yang telah ditangkap oleh otak bahwa hal tersebut menakutkan.Â
Ketakutan inilah yang membuat manusia menjadi gentar dan dapat menimbulkan dampak negatif lainnya, bahkan dapat membunuh fisik dan psikis manusia.
Cara manusia agar informasi tersebut terserap kuat dengan cara mengulang. Dapat kita bayangkan ketika kita selalu mengakses informasi yang menakutkan terus menerus dapat menurunkan daya tahan tubuh, cemas, dan efek penyakit fisik dan psikis akan timbul. Terutama bagi penderita asma, jantung, hipertensi yang tidak kuat dengan hantaman mental akibat pemberitaan.
Sesuatu yang diabaikan akan berkurang dan terlupakan dengan sendirinya, karena cara kerja energi dan neuron, semakin sering diakses akan semakin menebal dan menguat.Â
Kendali penuh ada pada keinginan melindungi diri sendiri untuk hal yang tidak bermanfaat bagi diri sendiri. Perlu memperhatikan frekuensi otak ketika mengakses informasi baik ataupun tidak baik.
Seberapa Penting Logika Bagi Manusia
Otak manusia terbagi 3 bagian yaitu, otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum) dan batang otak (Brainstem).Â
Cerebrum terbagi 2, yaitu otak kiri dan otak kanan. Belahan otak bagian kanan berfungsi mengontrol pergerakan bagian kiri dan otak kiri mengontrol pergerakan bagian kanan. Adapun cara kerja kedua bagian otak sangat berbeda.
Kemampuan otak kiri adalah menganalisa, mengkritik, berbicara, berpikir, berhitung, rasional, detail, realistis, obejektivitas. Sedangkan otak kanan, seni, musik, menggambarkan, kreatifitas, konseptual, fantasi, intuisi, emosi.Â
Ketika keduanya bekerja dengan baik maka individu tersebut dapat dengan mudah menolak hal tidak baik dan melakukan hal yang bersifat kreatif dan menguntungkan bagi dirinya dan orang lain.
Pada saat menerima informasi tidak baik melalui kedua mata dan telinga tersebut di saat frekuensi yang rendah, maka gelombang otak akan berpindah kebagian cerebrum sebelah kanan.Â
Frekuensi otak menuju pada gelombang alpha (8hz-12hz), semakin fokus dengan informasi tersebut maka akan semakin dalam hingga pada gelombang theta (4hz-8hz) .
Otak mulai menggambarkan, berfantasi dan berisi emosi negatif bila menerima informasi mengenai hal yang negatif. Individu tersebut akan merasakan ketakutan dan dipenuhi dengan emosi negatif.Â
Informasi itu akan terus menghantuinya hingga terjadi reaksi pada fisik dan psikisnya lebih parah lagi sehingga memicu penyakit-penyakit berat terutama yang memiliki komorbid. Komorbid ini akan terpicu dan diperberat dengan beban psikis yang sedang dirasakannya.
Ketika kita menangkap informasi dalam frekuensi otak yang tinggi tentunya gelombang otak akan berada pada gelombang beta (25hz-40hz) yaitu cerebrum bagian kiri. Mengapa frekuensi tinggi?
Karena otak individu tersebut sedang menganalisa informasi yang diterima. Menganalisa tentu butuh data untuk bahan menganalisa, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan hal yang sedang diakses tersebut.
Secara otomatis bila informasi tidak sesuai dengan logika pengetahuannya, maka informasi tersebut akan tertolak.Â
Tertolaknya informasi tersebut karena otak kritikal (otak kiri) sedang menganalisa dengan cara mengumpulkan data yang tersimpan di otak kanannya.Â
Oleh karenanya, penting untuk mengakses informasi dengan logika agar tidak mudah terprovokasi oleh apapun bentuk informasi yang sedang beredar luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H