Banyak terdengar tentang kekerasan pada anak terutama di masa pandemi ini. Para orangtua yang rungsing mengatur segala urusan dari dalam rumahnya termasuk menangani proses belajar anak tidak jarang dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Dapat mengakibatkan luka batin dan luka fisik.Â
Perubahan-perubahan yang terjadi dapat menimbulkan stress tersendiri. Menimbulkan ketidaksabaran menangani banyak hal termasuk proses belajar anak. Ketidaksabaran dan ketidakpahaman ini dapat mencelakai anak dan berefek negatif pada proses tumbuh kembangnya.
Seperti pada kasus anak berusia 8 tahun, meninggal karena belajar online bersama orangtua yang tidak sabar dan tidak mengenal karakter anaknya sendiri. Sehingga menyakiti dan merusak serta mengakibatkan kematian. Miris sekali melihat ada orangtua memperlakukan anaknya sebagai sasaran dari emosi pribadi yang tak terkendali.
Penyebab kemarahan karena kurangnya ilmu pengetahuan, tekanan hidup, dan kurang mampu mengelolah emosi negatif dalam diri sendiri. Pentingnya pengetahuan agar dapat mengelolah informasi kedalam otak. Informasi negatif dapat mengakumulasi emosi dan cenderung mencari sasaran kemarahan untuk melampiaskannya dari pikiran.
Bagaimana kita bisa mengajarkan sesuatu disaat kita sendiri tidak mampu mengontrol emosi. Anak akan mengalami ketegangan pada otaknya ketika mendengar orangtuannya berteriak padanya. Ekpresi dan suara tinggi tersebut membuat area otak menegang dan anak tidak mampu menyerap informasi yang disampaikan orangtuanya.
Terjadi tindak kekerasan lanjutan ketika anak ditanya tidak bisa menjawab pertanyaan orangtuanya. Semua informasi baru tertolak oleh otaknya membuat orangtua semakin marah dan terjadi pembunuhan. Kemarahan itu bukan saja berakibat menyiksa anak tapi menyiksa diri sendiri dan menimbulkan banyak efek negatif kepada keduanya.
 Untuk menghindari kemarahan yang hebat, orangtua perlu mempelajari cara belajar anak. Kenali anak sendiri hingga orangtua akan mengerti ada apa dengan anak-anak mereka. Berikut tipe atau gaya belajar anak (manusia).
Bagi orangtua dan guru tentu melihat tipe anak yang seperti ini senang sekali, karena langsung bertatap mata dan terkesan merespon pembicaraan orangtuannya. Gaya belajar seperti ini cenderung melihat secara visual melalui gambar dan apa saja yang berbentuk di depannya. Terkesan antusias dalam proses belajarnya.
Dalam proses belajar mengajar untuk anak yang tipe seperti ini, titikberatkan kepada bahan belajar yang banyak melibatkan gambar dan bukti yang dapat dilihat oleh matanya. Mereka masih bisa mendengarkan ketika ada penjelasan namun mereka lebih tertarik bila ada gambar yang menyertai pembelajaran tersebut.
Ciri anak-anak dengan gaya belajar ini, mereka berbicara dengan cepat, suka membuat catatan, senang mencoret-coret kertas ketika mendengarkan pembicaraan, tidak terganggu dengan keributan ketika proses belajar mengajar, teliti dan detail, senang menggambar ketika mendengarkan penjelasan guru atau orangtuanya. Senang membaca daripada dibacakan. Senang melihat bentuk-bentuk dan gambar ketika orangtua atau guru sedang menjelaskan sesuatu.
Anak pada tipe ini sangat tertarik dengan bentuk-bentuk yang menarik berupa seni. Dapat pula mengembangkan bakat anak yang seperti ini dengan mengikutkan lomba-lomba menggambar, menulis cerita, dan yang berhubungan dengan visulisasi. Kecerdasan anak di bidang visual ini dapat memberikan manfaat bila diarahkan dengan sabar dan tenang.
Hindari dalam proses belajar yang terlalu mengandalkan pembicaraan tanpa gambar. Membuat mereka betah berlama-lama hanya dengan menyertai barang yang menarik yang dapat dilihatnya. Daya ingatnya sangat kuat melalui mata.
Auditorial
Gaya belajar auditorial ini sangat mengandalkan pendengarannya. Anak dengan tipe ini akan sangat mudah menangkap dan memahami sesuatu hanya dengan mendengarkan. Tingkat ingatannya kuat melalui pendengarannya.
Sering kita melihat anak ketika orangtua menjelaskan sesuatu, matanya tidak tertuju kepada pembicara. Terkesan acuh, bisa dengan memainkan benda atau memejamkan mata untuk memahami pembicaraan. Terkesan tidak merespon pembiacaraan namun sebenarnya mereka mendengarkan.
Terdapat ciri pada tipe seperti ini, sering berbicara sendiri ketika menulis sesuatu, mudah terganggu dengan keributan. mereka lebih suka dibacakan daripada membaca, menyukai musik daripada seni, berbicara dengan irama, mudah menghafal lirik lagu. Mudah mengingat pembicaraan, lebih suka berbicara dan menjelaskan sesuatu, suka membaca dengan bersuara, senang berbicara dengan siapa saja.
Tipe anak seperti ini memiliki kelebihan dalam hal berbicara. Dapat mengembangkan bakatnya dengan menjadi youtuber, pembaca puisi, pembawa acara dan hal yang berhubungan dengan berbicara. Tingkat percara diri mereka sangat tinggi dan mampu menjadi seorang pembicara kelak asalkan diarahkan dengan menumbuhkan semangat dengan kalimat yang positif.
Jangan membentak mereka. Karena begitu mendengar bentakan mereka tidak akan lagi mau berinteraksi dan belajar. Kata-kata yang keluar dari oranglain akan diingatnya selamanya.
Gaya belajar ini mengedepankan sentuhan untuk mendapatkannya. Anak akan mudah mempelajari sesuatu ketika mereka memegangnya terlebih dahulu. Tangannya seperti memberikan informasi ke otaknya tentang benda yang akan dipelajarinya. Dengan memegangnya mereka akan mudah mengingatnya.
Bila ada anak dalam proses belajar mengajar cenderung memegang bendanya atau merampas buku hanya ingin memegangnya, jangan marah, karena itu cara mereka untuk dapat tertarik mempelajarinya. Mereka juga tidak bisa diam ketika proses belajar mengajar sedang terjadi, cenderung menggerakan kaki atau pensilnya, bahkan terkadang berlarian kesana kemari.
Terdapat ciri pada gaya belajar anak seperti ini, bila berbicara pelan dan penuh jeda, suka bermain dengan fisiknya daripada menonton televisi, kamar selalu berantakan, bila berbicara mereka akan berdiri dekat, menghafal sesuatu dengan cara berjalan dan meihat-lihat, tulisan tidak rapi, mempelajari sesuatu sekaligus praktek, saat mengingat sesuatu yang lalu mereka dapat dengan mudah merasakan kembali pengalaman tersebut, menjelaskan sesuatu dengan menggerakan benda.
***
Dengan memahami banyak pengetahuan kita dapat dengan mudah menangani hal sepele hingga yang besar sekalipun, ilmu pengetahuan sebagai alat pendukung para orangtua untuk mengenalkan kepada anak tentang banyak hal dan bermanfaar bagi masa depan keluarga. Menata emosi perlu ilmu tersendiri, mungkin dapat belajar dengan para ustad yang sangat memahami ilmu agama, mengikuti training yang ada hubungannya dengan menata emosi, membaca buku atau artikel yang berhubungan dengan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H