Mohon tunggu...
Seiri
Seiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi S1 Akuntansi Universitas Mercu Buana

Nama : Seiri NIM : 43222010166 No. Absen : 35 Dosen Pengampu : Prof Dr. Apollo, M.Si.AK

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB-1 Menggali Potensi Diri dan Menerapkan Berpikir Positif Serta Komunikasi Efektif

9 Oktober 2023   01:16 Diperbarui: 9 Oktober 2023   01:17 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sumberrizki.com/2020/10/7-cara-mengembangkan-potensi-diri/

Membangun Kompetensi Diri

 

A. Memahami potensi diri

Banyak Orang yang tidak mengetahui atau memahami potensi diri, cenderung tidak memahami atau bahkan mengetahui apa yang menjadi kelebihan dirinya. Hal yang paling mudah dilakukan untuk memahami kelebihan kita adalah dengan bertanya pada diri sendiri atau orang terdekat. Apa kelebihan kita? Atau ketika kita bertanya kepada orang-orang di sekitar kita tentang kelebihannya masing-masing, kebanyakan dari kita tidak tahu harus menjawab apa, termasuk diri kita sendiri. Namun jika ditanya kelebihan dan kekurangannya, banyak orang yang bisa menjawab dengan cepat. Tidak cantik, tidak miskin, tidak pintar, dan sebagainya.

Potensinya harus digali, seperti halnya minyak. Tidak ada minyak di tanah. Kita perlu menemukan tempat yang tepat untuk mengekstraksi minyak. Kedalamannya tidak selalu sama. Ada yang ditemukan dengan cepat, ada pula yang memerlukan penggalian dalam waktu lama karena minyaknya berada di kedalaman.

Tidak ada orang yang lahir di dunia ini yang bisa langsung menjadi ahli di bidang tertentu. Semuanya harus dicapai melalui proses. Jika Anda mengetahui potensi diri, inilah modal kesuksesan. Jika Anda berusaha mencapai potensi pencapaian Anda, kesuksesan menanti Anda.

B. Jenis-Jenis Potensi Pribadi 

Setelah mengetahui pengertian potensi pribadi di atas, selanjutnya kita akan membahas tentang macam-macam potensi pribadi yang ada pada manusia. Manusia mempunyai banyak potensi yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut (Nashori, 2003: 89):

1. Potensi berpikir; Manusia mempunyai kemampuan berpikir. Allah sering menyuruh mereka untuk berpikir dan begitulah cara mereka berpikir. Logikanya, manusia dituntut berpikir hanya karena ia mempunyai potensi berpikir. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk mempelajari informasi baru, menghubungkan berbagai informasi dan melahirkan pemikiran-pemikiran baru.

2. Potensi emosional; Potensi lainnya adalah potensi di bidang emosional/emosional. Setiap manusia mempunyai potensi rasa, yang melaluinya ia dapat memahami orang lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan dicintai, memperhatikan dan diperhatikan, menyayangi dan dihargai, mengupayakan keindahan.

3. potensi fisik; Terkadang manusia mempunyai potensi yang luar biasa dalam melakukan gerakan fisik yang efektif dan efisien serta mempunyai kekuatan fisik yang kuat. Orang yang berbakat secara fisik dapat mempelajari olahraga ini dengan cepat dan tampil baik secara konsisten.

4. Potensi sosial; Orang yang mempunyai potensi sosial yang besar mempunyai kemampuan beradaptasi dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan beradaptasi dan mempengaruhi orang lain tergantung pada kemampuan belajar, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan.

Menurut Hery Wibowo (2007:1), setidaknya ada empat jenis potensi yang ada pada diri manusia sejak lahir, yaitu potensi otak, emosi, jasmani, dan spiritual dan semua potensi tersebut dapat ditumbuhkan secara tidak terbatas. Para ahli lainnya berpendapat bahwa manusia diciptakan dengan potensi terbaik dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya. Manusia mempunyai empat jenis potensi, yaitu potensi intelektual, emosional, spiritual, dan fisik (Udo Yamin Efendi Majdi, 2007).

a. Potensi otak/intelektual; Menurut Hery Wibowo (2007:19), potensi terbesar manusia adalah otak. Otak adalah salah satu anugerah Tuhan yang terbesar. Otak mengatur seluruh fungsi tubuh, mengendalikan semua perilaku dasar manusia seperti makan, bernapas, metabolisme tubuh, dan lain-lain.

Menurut Fuad Nashori (2003:89), manusia mempunyai potensi berpikir. Allah sering menyuruh manusia untuk berpikir. jadi pikirkanlah. Logikanya, manusia dituntut berpikir hanya karena ia mempunyai potensi berpikir. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk mempelajari informasi baru, menghubungkan informasi yang berbeda dan melahirkan pemikiran-pemikiran baru.

Kecerdasan Intelegensi; Potensi pribadi tersebut merupakan potensi intelektual yang terdapat pada otak manusia (khususnya otak kiri). Fungsi potensi ini adalah untuk merencanakan, menghitung dan menganalisis sesuatu.

Para psikolog sepakat bahwa otak manusia adalah sumber kekuatan besar yang dimiliki manusia. Mereka membagi otak menjadi dua jenis: otak kiri dan otak kanan. Singkatnya, otak kiri berfungsi dalam daya ingat/hafalan, logika/perhitungan, analisis, pengambilan keputusan, dan bahasa, sedangkan otak kanan berfungsi dalam melakukan imajinatif/intuitif, kreatif/kreativitas, inovasi/seni (Slamet Wiyono, 2006).

b. Potensi emosional; Potensi lainnya adalah potensi di bidang emosional/emosional. Setiap manusia mempunyai potensi rasa, yang melaluinya ia dapat memahami orang lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan dicintai, memperhatikan dan diperhatikan, menyayangi dan dihargai, mengupayakan keindahan.

Menurut Dwi Sunar P (2010:129), kecerdasan emosional atau yang sering kita sebut EQ adalah kemampuan menerima, mengevaluasi dan mengelola serta mengendalikan emosi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan yang ditimbulkan oleh informasi tentang suatu hubungan.

Potensi Sosial dan Emosional (Emotional Quotient); Potensi pribadi ini sama dengan potensi intelektual, namun potensi ini terdapat pada otak kanan manusia. Fungsinya adalah tanggung jawab, pengendalian amarah, motivasi dan kesadaran diri.

Daniel Goleman (dalam Dwi Sunar P, 2010:14) berpendapat bahwa kontribusi IQ terhadap kesuksesan seseorang hanya sekitar 20% dan sisanya 80% ditentukan oleh sekelompok faktor yang disebut kecerdasan emosional. Berdasarkan nama tekniknya, sebagian orang percaya bahwa IQ mengatur fungsi pikiran, sedangkan EQ mengatur fungsi emosi. Orang dengan EQ tinggi akan berusaha menciptakan keseimbangan dalam dirinya dan mampu mengubah hal buruk menjadi hal positif dan bermanfaat.

c. Potensi fisik; Menurut Mulyaningtyas & Hadiyanto (2007:90-91) Potensi jasmani atau kecerdasan jasmani adalah suatu hal yang berkaitan dengan kekuatan dan kebugaran otot serta kekuatan dan kebugaran mental dan spiritual. Orang yang seimbang jasmani dan rohani adalah orang yang memiliki tubuh dan pikiran yang ideal. Kecerdasan fisik atau PQ (Physical Quotient) juga dianggap sebagai landasan faktor IQ (Intellectual Quotient) dan EQ (Emotional Quotient).

Potensi Fisik (Phychomotoric); Potensi individu ini dapat ditingkatkan sesuai fungsinya untuk berbagi kepentingan bersama guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya hidung untuk mencium, tangan untuk menulis, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar, dan mata untuk melihat.

d. Potensi rohani; Danah Zohar, pencipta istilah teknis SQ (dalam Dwi Sunar P, 2010: 14) mengatakan bahwa IQ berfungsi untuk melihat secara eksternal (mata pikiran) dan EQ bekerja untuk memproses apa yang ada di dalam (telinga indera), jadi SQ (mental quotient) mengacu pada keadaan “egois”.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan tertinggi manusia. Hakikat SQ adalah kemampuan seseorang untuk memahami keberadaan Tuhan, memahami hakikat dirinya secara umum, hakikat realitas, membedakan yang baik dan yang jahat serta kemampuan menjelaskan bahwa kehadiran kita, baik profesi maupun status kita mempunyai arti. kemampuan membuat orang lain merasa berharga dan dihargai (Mulyaningtyas & Hadiyanto, 2007).

C. Kompetensi Diri

Kompetensi inti atau kompetensi ini adalah kemampuan seseorang untuk meningkatkan keunggulan kompetitif yang dimilikinya untuk memfasilitasi pengembangan potensinya dengan fokus untuk menjadi yang terbaik dibandingkan orang lain. Kompetensi inti adalah kemampuan mengidentifikasi inti suatu kompetensi yang membedakan diri sendiri dengan orang lain. Kompetensi inti mewakili integrasi beragam keterampilan individu dan merupakan upaya untuk mengeksplorasi potensi yang ada dalam suatu keterampilan yang dapat dikembangkan secara lebih terpusat untuk menjadi keunggulan utama keberhasilan di masa depan.

Kompetensi inti mendorong seseorang untuk fokus pada potensi yang dimilikinya dan mengembangkannya secara efektif dan optimal. Hal ini memudahkan seseorang untuk tumbuh menjadi pribadi yang layak dihormati orang lain dan menjadi pemimpin dalam hidup. Untuk mengembangkan keterampilan inti, seseorang harus memikirkan sesuatu yang belum terpikirkan oleh orang lain.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan inti pribadi adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi potensi diri

2. Pilihlah yang paling penting untuk menjadi potensi pribadi Anda, yaitu semua tindakan positif yang paling sering dilakukan dan Anda hargai. Sekarang, mari kita lakukan.

3. Fokus pada pilihan tersebut, kemudian perkuat dan terus sempurnakan agar bisa menjadi pembeda bagi diri kita sendiri.

4. Terus tingkatkan dan kembangkan potensi diri dengan penuh semangat melalui berbagai kegiatan, ujian, pelatihan dan juga keterampilan. Ubah kemampuan dan keterampilan inti Anda menjadi merek yang kuat untuk diri Anda sendiri dan referensi utama bagi orang lain untuk “membeli” dari Anda. Ibaratnya kalau ada yang haus dan butuh beli air mineral, referensi utamanya pasti Aqua. Mengapa akuatik? Karena Aqua fokus pada kompetensi intinya sebagai pencetus produk air mineral dan peduli terhadap lingkungan. Oleh karena itu, Aqua dapat menjadi pemimpin dalam produk sejenis.

Kompetensi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu “ambang batas” dan “diferensial” (Spencer dan Spencer 1993: 15) tergantung pada kriteria yang digunakan untuk memprediksi kinerja pekerjaan. “Keterampilan ambang batas merupakan karakteristik utama, seringkali dalam bentuk pengetahuan atau keterampilan dasar, seperti kemampuan membaca, yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan pekerjaannya. Namun kategori ini tidak digunakan untuk menentukan apakah seseorang mempunyai kinerja tinggi atau tidak. Kategori ini digunakan untuk mengevaluasi karyawan hanya untuk melihat apakah mereka mengetahui tugasnya, dapat mengisi formulir, dll. Sedangkan “keterampilan diferensial” adalah faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah. Sebab, seseorang yang bermotivasi tinggi akan mampu menetapkan tujuan atau sasaran yang jauh lebih tinggi dari rata-rata kinerjanya. (Milton Fogg, 2004:27)

Ciri-Ciri Orang Yang Memahami Potensi Dirinya 

a. Ciri orang yang memahami potensi dirinya bisa diukur atau dilihat dalam sikap dan perilakunya sehari-hari dalam kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut LaRose (Sugiharso dkk, 2009:126-127) menyebutkan bahwa orang yang berpotensi memiliki ciri-ciri:

b. Suka belajar dan mau melihat kekurangan dirinya.

c. Memilki sikap yang luwes 3. Berani melakukan perubahan menyeluruh demi kemajuan.

d Tidak mau menyalahkan orang lain atau keadaan.

e. Memiliki sikap ikhlas, tidak licik.

f. Memiliki rasa tanggung jawab.

g. Menerima kritik dan saran dari luar.

h. Optimis dan tidak mudah putus asa.

E. Mengembangkan Potensi Pribadi 

Sebelum seseorang melakukan pengembangan pribadi untuk menggunakan dan mengoptimalkan seluruh kemampuannya untuk mencapai kinerja yang luar biasa, ada beberapa cara untuk menggali, mengevaluasi atau mengukur secara akurat kelebihan dan kekurangan diri:

1. Pengukuran introspeksi (pribadi); Dengan cara ini, individu memerlukan waktu untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukannya, apa yang telah dicapainya dan kekuatan apa yang dapat mendukungnya serta kelemahan apa yang menghalanginya untuk mencapai kinerja yang tinggi. Cara ini efektif jika individu jujur, terbuka terhadap dirinya sendiri, dan mau sungguh-sungguh memperhatikan hati nuraninya.

2. Pendapat orang lain; Dalam metode ini, seseorang meminta informasi berupa keterangan atau data evaluatif tentang dirinya kepada orang lain. Masukan berupa umpan balik ini mencakup segala sesuatu tentang sikap dan perilaku seseorang yang dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain yang bertemu dan berinteraksi dengannya. Cara ini dimaksudkan untuk membantu seseorang memodifikasi dan meningkatkan.

3. Tes psikologi; Tes psikologi yang mengukur potensi psikologis seseorang dapat memberikan gambaran mengenai kelebihan dan kekurangan individu dalam berbagai aspek psikologis seperti kecerdasan/kemampuan mental, kecerdasan (kemampuan analitis, berpikir logis, berpikir kreatif, berpikir digital), potensi kerja (vitalitas, energi kerja), motivasi, kemampuan menahan stres kerja), kemampuan bersosialisasi (stabilitas emosi, kepekaan terhadap emosi, kemampuan membangun hubungan sosial) dan potensi perilaku kepemimpinan.

F. Cara Menemukan Potensi Diri 

Cara menemukan potensi diri di bawah ini:

1. Bidang apa saja yang kami hargai? Sesuatu yang kami lakukan dengan semangat dan antusiasme. Tidak perlu bertanya atau berkata. Anda akan melakukannya secara sukarela tanpa dibayar, dan Anda bahkan mungkin ingin mengeluarkan uang untuk apa yang Anda lakukan. Ini disebut preferensi. Orang yang mempunyai hobi tertentu akan melakukannya dengan sepenuh hati. Misalnya, seseorang yang senang merawat tanaman akan rajin menyiram dan merawat tanaman setiap hari. Dia bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk tanaman, pupuk, peralatan, dll. Hobi dapat mendatangkan kebahagiaan dan penghasilan. Jika kita melakukan apa yang kita sukai, uang akan mengikuti.

2. Tanyakan pada orang terdekat Anda. Orang yang paling memahamimu adalah orang yang paling dekat denganmu. Bisa jadi orang tua, saudara kandung, saudara kandung, anggota keluarga atau teman. Merekalah orang-orang yang mengenalmu dari kecil hingga dewasa. Jadi mereka tahu apa potensi Anda. Terkadang kita tidak menyadari potensi yang kita miliki, kita membutuhkan orang lain untuk membantu kita mewujudkannya.

3. Cobalah hal-hal baru. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan di dunia ini. Visi kita yang terbatas, hubungan yang terbatas, dan keberanian yang terbataslah yang menghalangi kita melakukan hal ini. Kita bisa mencoba hal-hal baru yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Tentu saja apa yang kita lakukan tidak boleh melanggar hukum. Dengan mencoba banyak hal, kita bisa menemukan potensi yang terpendam dalam diri kita.

4. Banyak membaca, melihat dan merasakan. Dengan cara ini, banyak informasi dan pengetahuan akan bertambah. Bacaan dan tontonan yang kita sukai itu bisa jadi adalah sebuah potensi. Jika anda suka membaca perkembangan dunia komputer, internet dan semacamnya. Anda bisa menjadi ahlinya, asalkan terus konsisten untuk menambah pengetahuan.

https://gerejabonoharjo.net/?p=1336
https://gerejabonoharjo.net/?p=1336

A. Berpikir positif

1. Pengertian berpikir positif

Menurut Najati (2005), kemampuan berpikir manusia akan membantu orang belajar, meneliti berbagai peristiwa, menarik kesimpulan dengan metode induktif dan menarik kesimpulan dengan metode deduktif. Dengan kemampuan kontemplasi tersebut, Allah mempercayakan tugas kepada manusia untuk menjalankan tugas khilafah di muka bumi.

Tujuan refleksi adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bermula dari suatu pemikiran, menjadi suatu kemungkinan, menjadi tujuan, menimbulkan tindakan dan menjadi kenyataan (Elfiky, 2012). Wundt dan James (dalam Walgito, 1986) menambahkan bahwa penting untuk mempelajari proses berpikir karena merupakan salah satu cara manusia menciptakan strategi pemecahan masalah.

Abraham (2004) menjelaskan berpikir sebagai tindakan pikiran manusia untuk menciptakan pikiran. Pikiran yang dihasilkan bisa positif atau negatif. Berpikir positif mengarah pada perilaku pemecahan masalah, sedangkan berpikir negatif diungkapkan sebagai alasan untuk tidak menghindari perilaku pemecahan masalah. Orang yang berpikiran negatif akan tampak pesimis sedangkan orang yang berpikir positif akan tampak optimis dalam hidupnya.

Demikian pula Elfiky (2012) menjelaskan bahwa berpikir positif merupakan sumber kekuatan dan sumber yang bebas. Dikatakan sebagai sumber kekuatan karena dapat membantu seseorang memikirkan solusi hingga mencapainya, sehingga seseorang menjadi lebih mampu, lebih percaya diri, dan lebih kuat. Dikatakan sebagai sumber kebebasan karena dapat membebaskan seseorang dari kungkungan pikiran negatif dan dampak fisiknya.

Menurut Andrea, berpikir positif juga diartikan sebagai sikap mental yang mencakup proses memadukan pikiran, kata-kata, dan gambaran yang membangun untuk mengembangkan pikiran. Dengan demikian, pikiran positif akan mendatangkan kebahagiaan, kegembiraan, kesehatan dan kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan (Andrea, 2011).

Berdasarkan beberapa konsep berpikir positif di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir positif adalah kemampuan seseorang dalam berpikir dengan fokus pada hal-hal positif dan menggunakan bahasa positif dalam mengungkapkan pikiran.Pikiran saya adalah untuk menciptakan kedamaian dan kebahagiaan bagi manusia dalam hidup. 

2. Aspek berpikir positif

Berpikir positif sebagaimana dijelaskan oleh beberapa ahli di atas dapat menimbulkan kebahagiaan, optimisme, ketenangan dan semangat hidup dalam diri seseorang. Oleh karena itu, hendaknya seseorang selalu mengamalkan dan memelihara cara berpikir positif ini dalam hidupnya. Menurut Albrecht (1992), berpikir positif mempunyai empat aspek, yaitu:

a. Harapan Positif (Positive Expectation)

Ketika individu menghadapi suatu masalah, aspek positif dari harapan menggugah pikirannya untuk melakukan sesuatu dengan lebih fokus pada kesuksesan, optimis, menyelesaikan masalah, menghilangkan rasa takut gagal dan meningkatkan penggunaan harapan. kata-kata, seperti: “Saya bisa melakukannya”, “mengapa tidak”, dll.

b. Ketegasan Diri (Self-Assertiveness)

Dengan aspek afirmasi diri ini, ketika seseorang mempunyai masalah, ia akan lebih fokus pada kelebihannya, percaya diri, dan memandang dirinya secara positif dengan sudut pandang yang positif. sama pentingnya dengan dirinya sendiri. yang lain. semua orang.

c. Pernyataan tidak menghakimi (nonjudgmental)

Pernyataan yang menggambarkan situasi daripada mengevaluasinya dan tidak bersifat fanatik dalam pandangannya. Pernyataan yang tidak menghakimi ini dimaksudkan sebagai alternatif ketika seseorang cenderung melontarkan pernyataan atau penilaian negatif. Aspek ini akan memegang peranan yang sangat penting ketika seseorang harus menghadapi situasi yang cenderung negatif.

d. Pengaturan diri yang realistis (Adaptasi terhadap kenyataan)

Dengan aspek pengaturan diri yang realistis ini, orang yang mengalami masalah akan berusaha beradaptasi dengan kenyataan yang ada. Ia akan menerima masalahnya dan berusaha menyelesaikannya, menghindari penyesalan, kekecewaan, dan menyalahkan diri sendiri.

3. Pengaruh berpikir positif

Orang yang mempunyai kemampuan berpikir positif berarti juga mempunyai kecerdasan yang tinggi, sehingga setiap orang akan selalu bertindak dengan perencanaan yang matang dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.oke, mempunyai proporsi dan pemahaman yang baik. dapat mengelola lingkungan secara efektif (Abraham, 2004). Selain itu, pikiran positif akan mendatangkan kebahagiaan, kegembiraan, kesehatan dan kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan (Andrea, 2011).

Hakim (dalam Yuspita, 2007) meyakini bahwa dalam hidup ini setiap orang akan menghadapi suatu aktivitas yang menantang, banyak orang yang tidak menyadarinya ketika menghadapi tantangan hidup ini. Ia menghadapi hambatan serius yang datang dari dalam dirinya, seperti pikiran negatif berupa kemauan yang lemah, sikap pesimis, ketergantungan pada orang lain, dan ketakutan yang tidak wajar akan kegagalan. Oleh karena itu, dengan berpikir positif maka permasalahan tersebut dapat diatasi, karena berpikir positif akan menjadikan manusia optimis, menyukai tantangan, mencari solusi dan mempunyai kemauan yang kuat.

4. Langkah berpikir positif

Berpikir positif bukanlah cara berpikir yang muncul seketika, namun memerlukan banyak langkah untuk dapat menerapkan keterampilan berpikir positif. Menurut Ubaedy (dalam Munashiroh, 2008), berpikir positif mempunyai tiga tahapan, yaitu:

a. Mencari hikmah tertentu berarti mengaktifkan pikiran Anda untuk mencari hikmah spesifik yang benar-benar relevan dengan keadaan Anda saat ini. Karena tidak mungkin menyerap semua hikmah sekaligus, yang terpenting adalah menyerap hikmah yang relevan sebagai bahan koreksi diri.

b. Gunakan pembelajaran dalam bidang tertentu atau dengan tujuan mewujudkan keinginan Anda selanjutnya.

c. Buka diri Anda terhadap berbagai pelajaran positif yang terinspirasi oleh kesalahan Anda sendiri, nasihat, dll. Menyimpan dan menggunakan pengetahuan yang dipelajari dan bersiap untuk memperoleh pengetahuan baru.

Selain yang diungkapkan Ubaedy di atas, Andrea (2011) juga menjelaskan beberapa langkah untuk memiliki pikiran positif dalam hidup, yaitu:

a. Kuasai pikiran Anda dengan percaya diri

b. Putuskan apa yang Anda inginkan

c. Menghilangkan segala pikiran negatif

d. Memberikan sugesti positif pada diri sendiri

e. Masih tahan

f. Gunakan kekuatan doa

g. Menetapkan tujuan

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir positif

Menurut Peale (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi berpikir positif seseorang, yaitu:

a. Agama

Agama dapat membantu individu menyembuhkan penyakit pikiran, hati, jiwa dan raga. Agama dapat menghilangkan ketakutan, kebencian, kesakitan dan kegagalan moral sehingga dapat mendatangkan kekuatan, kesehatan, kebahagiaan dan kebaikan.

b. Percaya Diri

Orang yang bisa percaya pada dirinya akan mudah berpikir positif terhadap kondisi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang kuat dapat menginspirasi individu untuk menarik kesuksesan pada dirinya.

c. Dukungan Sosial

Individu membutuhkan dukungan dari orang-orang disekitarnya untuk menciptakan perasaan dibutuhkan dan diinginkan, yang akan membawa mereka memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri.

https://esaglobalconsulting.wordpress.com/komunikasi-efektif/
https://esaglobalconsulting.wordpress.com/komunikasi-efektif/

Memahami Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi adalah keterampilan prioritas utama jika Anda ingin sukses dalam karier dan kehidupan Anda. Data penelitian menunjukkan bahwa dari 20 kemampuan esensial, Komunikasi adalah pemenangnya. Perubahan yang lebih baik akan meluas ke mana Anda dapat menggunakan komunikasi untuk keuntungan terbaik. Anda dapat membaca situasi dan melakukan komunikasi yang rapi. Namun masih banyak masyarakat yang belum bisa menggunakan Komunikasi Efektif dalam Karir dan Profesi. Ada beberapa hal yang perlu Anda pahami, khususnya pengertian dan tujuan komunikasi serta prinsip-prinsip komunikasi yang efektif (tepat).

1. Makna dan Tujuan Komunikasi

Komunikasi merupakan pengumuman atau pertukaran yang bersifat umum. Komunikasi meliputi pembawa pesan, isi pesan, media, penerima pesan, dan pengertian atau pemahaman masing-masing berpesta. Tujuan akhir dari komunikasi adalah agar penerima pesan dapat memahami dan memahami pesan yang disampaikan oleh pengirim. Anda dapat menjelaskan Desire kepada lawan bicara Anda dengan cara yang sederhana namun tepat atau tepat.

2. Prinsip komunikasi efektif

Prinsip ibarat hiasan atau unsur penting yang harus digunakan dalam suatu kegiatan. Prinsip kerjanya benar prosedur dan hasil benar. Prinsip-prinsip rumah adalah kultus dan sosial. Demikian pula prinsip-prinsip komunikasi yang efektif mencakup Rasa Hormat, Empati, Mendengarkan dengan Jelas, Kejelasan, dan Kerendahan Hati.

a. Respect

Respect adalah perasaan atau penghargaan positif terhadap lawan bicara Anda. Anda menghormati orang lain dan juga diri Anda sendiri. Semua orang ingin dihargai dan dihormati dan ini adalah kebutuhan individu. Dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, Dale Carnegie juga menjelaskan bahwa rahasia terbesar dalam berhubungan dengan orang lain adalah kejujuran dan penghargaan yang tulus. Anda harus selalu mematuhi prinsip rasa hormat dalam komunikasi. Tidak akan ada rasa hormat tanpa kepercayaan dan tidak akan ada kepercayaan tanpa integritas – Samuel Johnson.

b. Empati

Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Anda mempunyai kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. komunikasi akan terjalin tergantung pada keadaan psikologis lawan bicara Anda. Berempati: Anda harus memposisikan diri sebagai pendengar yang baik, bahkan sebelum orang lain mendengarkan kita. Stephen R Covey menjelaskan salah satu dari tujuh kebiasaan orang efektif adalah memahami sebelum dipahami (Berusahalah dulu untuk memahami).

c. Audible (Audible)

Audible mengandung arti bahwa pesan Anda harus dapat didengar dan dipahami. Untuk itu yang perlu dilakukan adalah :

1). Pesan harus dapat dimengerti, menggunakan bahasa yang baik dan tepat. Hindari bahasa yang tidak dipahami lawan bicara Anda.

2). Komunikasikan apa yang penting. Sederhanakan pesan Anda. Langsung saja ke pokok permasalahan karena kebanyakan orang tidak suka mendengar panjang lebar.

3). Gunakan bahasa tubuh Anda. Orang yang berbicara dapat dengan mudah membaca ekspresi wajah, mata, gerakan tangan, dan posisi tubuh. Pamerkan keaslian\Anda dengan mengoptimalkan bahasa tubuh dan pesan Anda.

4). Menggunakan ilustrasi atau contoh. Analogi sangat berguna dalam menyampaikan Pesan. Menggunakan ilustrasi dan contoh kehidupan nyata.

d. Kejelasan (Clarity)

Kejelasan adalah kejelasan pesan yang kita sampaikan. Salah satu penyebab terjadinya kesalahpahaman antara satu orang dengan orang lain adalah ketidakjelasan informasi yang diterimanya. Hindari orang menebak-nebak atau menafsirkan apa yang mereka dengar. Langkah terbaik sebelum berkomunikasi adalah menetapkan tujuan yang jelas dan memperjelas nada suara Anda. Ketahuilah bahwa Anda memiliki tujuan dalam berkomunikasi dan menyampaikan pesan Anda dengan intonasi vocal yang baik.

e. Humility (Rendah Hati)

Sikap rendah hati bukan berarti minder, rendah hati menciptakan kesempatan bagi orang lain untuk berbicara terlebih dahulu dan Anda menjadi pendengar yang baik. Sikap ini membangun rasa hormat dan pada akhirnya mengembangkan rasa hormat terhadap lawan bicara. Sikap Anda yang rendah hati memberikan reputasi positif yang menunjukkan bahwa Anda berada pada posisi yang tepat untuk komunikasi dua arah yang saling menguntungkan.

3. Berkomunikasi Secara Efektif

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 70% waktu terjaga kita dihabiskan untuk berkomunikasi. Saat bangun tidur, berinteraksi dengan anggota keluarga; Kegiatan di luar rumah tangga juga melibatkan komunikasi. Di tempat kerja, kita berkomunikasi dengan rekan kerja, berkonsultasi dengan atasan, berkoordinasi dengan pelanggan, dll. Di sekolah, siswa berkomunikasi dengan teman, mendengarkan ceramah guru, dll. Di kampus, diskusi mahasiswa pada mata kuliah juga menggunakan media komunikasi. Oleh karena itu, apapun aktivitas  yang kita lakukan sehari-hari tidak akan pernah lepas dari aktivitas komunikasi. Selepas beraktivitas di rumah, diskusi dengan keluarga juga melibatkan komunikasi. Pertanyaannya apakah komunikasi yang kita lakukan dengan berhasil? Dengan kata lain, apakah komunikasi kita efektif? Seberapa efektif komunikasi?

Sederhananya, komunikasi efektif terjadi ketika orang berhasil menyampaikan apa yang ingin mereka katakan. Menurut Tubbs, (Yusrizal: 2005) “secara umum komunikasi dikatakan efektif apabila rangsangan dikirimkan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumbernya berkaitan erat dengan rangsangan yang dimaksudkan oleh penerima untuk dipahami dan dipahami. » Bagaimana mengukur efektivitas komunikasi? Setidaknya ada lima faktor yang dapat dijadikan metrik komunikasi yang efektif, yaitu:

a. Pemahaman

Pemahaman yang dimaksud adalah penerimaan yang bijaksana oleh komunikator (penerima pesan) terhadap isi stimulus yang dimaksudkan oleh komunikator (pengirim pesan). Dalam hal ini komunikasi dikatakan efektif apabila penerima pesan memahami secara cermat apa yang disampaikan kepada pengirim pesan.

b. Kesenangan  Komunikasi efektif terjadi jika terdapat rasa saling gembira antara komunikator dan komunikator . Komunikator merasa senang ketika menyampaikan informasi kepada komunikator, begitu pula sebaliknya komunikator juga senang menerima informasi dari komunikator.

c. Mempengaruhi Sikap Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam komunikasi, komunikator berusaha mempengaruhi sikap komunikator dan berusaha agar komunikator tetap memahami apa yang saya sampaikan. Apabila komunikator dapat mengubah sikap dan tindakan komunikator maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi yang efektif.

d. Peningkatan Hubungan Salah satu hal yang menyebabkan kegagalan besar dalam komunikasi adalah terjadinya interupsi akibat buruknya hubungan antara komunikator dan komunikator. Hal ini terjadi karena frustrasi, kemarahan atau kebingungan antara dua orang. Oleh karena itu, agar komunikasi menjadi efektif, terlebih dahulu harus diambil Langkah untuk meningkatkan hubungan antara komunikator dan komunikator.. Action Mendorong komunikator untuk melakukan tindakan sesuai dengan keinginan komunikator sangat sulit dicapai dalam komunikasi. Namun efektivitas komunikasi sangat bergantung pada tindakan komunikator setelah komunikasi. Apabila penulis komunikasi bertindak sebagaimana yang dikatakannya, maka dapat dikatakan komunikasi tersebut berlangsung secara efektif. Hal serupa juga diungkapkan Davis (1993). Davis mengatakan bahwa komunikator (pengirim pesan) ingin komunikator (penerima pesan) menerima, memahami, menyapa, menggunakan pesan yang dikirimkan, dan memberikan umpan balik kepada. Jika komunikator Jika terus melakukan lima hal ini,, komunikasi dapat dianggap efektif. Lima langkah komunikasi sering disebut aturan lima. Berkat adanya lima kriteria dan aturan tersebut, kita bisa menilai apakah komunikasi yang kita lakukan ke efektif atau tidak. Jika belum hadir, mari perbaiki cara kita berkomunikasi. Cara kita berkomunikasi akan menentukan keberhasilan kita dalam kehidupan ini.

Daftar Pustaka

https://binham.wordpress.com/2012/04/07/jenis-jenis-potensi-diri/ http://eprints.stainkudus.ac.id/567/5/5.%20BAB%20II.pdf 

http://fimadani.com/blog/2012/01/13/menggali-potensi-dalam-diri/
18

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/konsep-kompentensi-definisi.htm

http://kang-topek.blogspot.com/2013/05/membangun-personal-core-ompetence_17.html 

http://pembelajaranpotensidiri.blogspot.com/2013/12/potensi-diri-dan-jenis-jenisnya.html 

https://www.kajianpustaka.com/2013/10/potensi-diri.html

https://sumberrizki.com/2020/10/7-cara-mengembangkan-potensi-diri/

https://gerejabonoharjo.net/?p=1336

https://esaglobalconsulting.wordpress.com/komunikasi-efektif/

Daryanto. 2010. Ilmu Komunikasi. Bandung: Satu Nusa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun