Pertanyaannya adalah syiar keagamaan seperti apa yang mesti dilakukan?.
1. Syiar Keagamaan Yang Toleran
Tidak dapat dipungkiri, terlepas dari kata toleran yang ditempatkan sebagai tesa atau anti tesa dalam dinamika kehidupan beragama di negeri ini, wajar saja jika toleran menjadi jargon serta ghiroh pemerintah Republik Indonesia yang melihat keberagaman di Negeri ini tengah mendapatkan tantangan yang berupaya menghancurkan sendi-sendi Bangsa.
Ideologi yang berupaya mengubah Pancasila memang begitu nyata. Ia didakwahkan melalui media, ceramah dari rumah ke rumah hingga secara terbuka melalui pengajian-pengajian khusus yang didalamnya mengkaji tentang sistem negara yang me jadi pembenaran kelompoknya.
Maka jika ia adalah tantangan, jawaban atas duduk perkara itu adalah dengan menggencarkan syiar keagamaan yang toleran, memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa agama (Islam) hadir dalam rangka mengentaskan setiap permasalah sosial yang hadir di negeri ini. Menawarkan keyakinan yang melihat perbedaan bukan sebagai masalah, tetapi menjadi kekuatan yang jika bersama-sama akan tercipta negeri yang disampaikan Rasulullah Saw, yakni negeri Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur.
2. Syiar Keagamaan yang Moderat
Sedari dulu, kalangan pesantren di Nusantara, khususnya kalangan Nahdliyin khatam betul dengan semangat Washatiyyah, yakni berpikir dan bertindak moderat.
Hal ini bukan tanpa dasar. Seperti yang diungkap sebagaimana kalangan NU, al-muhafadzah 'alal qodimis sholih, wal akhdzu bil jadidil ashlah adalah hikmah kalam yang disadari atau tidak merupakan satu hal yang merawat keutuhan negeri ini.
Bangsa Indonesia begitu besar, kaya dengan perbedaan suku, agama dan bahasa yang terhanpar dari Sabang sampai Merauke. Maka cara mengelolanyapun harus dengan hati dan pikiran besar, yakni dewasa menerima kepastian bahwa NKRI lahir atas rahmat Allah Swt yang terangkai dalam segala bentuk perbedaan sebagai kekuatan dan modal sosial didalam menentukan arah dan cita-cita bersama di masa depan. Bahkan, sebagai Pondok Pesantren yang memiliki riwayat panjang dalam mengarungi perjalanan sejarah Bangsa, Dawuh Abah Cipulus adalah menjaga negeri ini adalah kewajiban setiap masyarakat yang hidup dan mencari nafkah di negeri ini.
Untuk itulah, dengan semakin banyaknya tantangan keberagamaan di negeri ini, media, seperti penyiaran adalah wasilah efektif untuk mensyiarkan agama yang penuh kasih, penuh rahmat dan penuh keberkahan bagi umat Islam di Indonesia khususnya, umumnya bagi umat Islam di dunia. Penyiaran bisa jadi sarana efektif untuk masyarakat agar dapat membedakan mana hoax atau bukan. Mana informasi yang relevan dan berkualitas ataupun yang bukan. Dan mana informasi yang mencerdaskan ataupun yang hanya memprovokasi saja.
Tentu syiar keagamaan (Islam) yang toleran dan moderat diyakini akan mampu diterima bukan hanya umat Islam, melainkan penganut agama lainnya di Indonesia maupun dunia.