Seperti yang saya bilang, untuk menjaga handphone tetap menyala. Waktu itu dipikiran hanya terlintas satu tempat, di mana lagi kalau bukan warung kopi.
Fix, pergi ke warung kopi bukan untuk ngopi tapi mengisi daya handphone mungkin alasan yang cukup masuk akal.Â
Sudah 15 menit keliling, warung kopi yang saya temui semuanya tutup.Â
Saya coba ke wilayah Manado Utara lewat jembatan Soekarno (jembatan yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah utara Manado), namun saya tidak menemukan apa-apa selain gelap gulita.
Saya lupa ini pemadaman total, artinya semua wilayah di Manado tentu mengalami mati lampu (baca: listrik padam).Â
Kalaupun ada yang buka, mungkin ia bertahan dengan bantuan energi dari genset atau sejenisnya.Â
Tapi kepalan tanggung, keinginan mengisi daya handphone sudah di ubun-ubun. Layar sudah terkembang, pantang pulang sebelum menang. Ahhhh
Dengan semangat 45 motor terus dipacu, akhirnya saya menemukannya juga. Warung kopi itu berada tepat di pinggiran jalan. Persis sekitar 100 meter dari jembatan Megawati. Namanya 'Warkop 90'.
Ngomong-ngomong, jika kita berdiri tepat di jembatan Megawati dan memandang ke arah laut maka kita akan melihat pula jembatan Soekarno yang saya maksud, lengkap dengan pernak pernik tiang pancang dan lampu jalan.
Lahh, ada Soekarno, ada pula Megawati. Mengapa para mantan presiden ada di sini. Bagaimana ceritanya? Jelas, itu hanya jembatan dengan nama, tidak perlu berlebihan.
Tetapi begitulah Manado, kita akan menemukan berupa nama dan simbol, seperti Tugu Lilin, God Bless Park (GBK), Gedung Religi dll, meskipun seringkali kehilangan makna atau substansi.Â