Mungkin berkat itu sehingga dia punya banyak kata--kata untuk melancarkan rayuan maut kepada kaum hawa. Â Â Â
Sambil tersenyum Mustafa bertanya kepada Muhaimin.
"kau pernah jatuh cinta?, sampaikah kau merencanakan masa depan dengannya?".
Dalam hati muhaimin bicara, "ternyata benar, sahabatnya ini lagi dirundung masalah, dan pasti bukan cuma persoalan wabah corona, sepertinya ada yang lain." "aku pernah jatuh cinta mus", kata muhaimin.
"Benarkah, kapan itu min?".
"Waktu SMA, aku jatuh cinta berkali -- kali. Pernah aku jatuh cinta hingga lupa diri. Padahal  ada yang bilang padaku waktu itu, "jangan mencintai seperti kelaparan, nanti kau makan hatimu sendiri". Aku lupa mus, antara pertemuan dan perpisahan batasnya tipis. Perempuan itu merencanakan masa depan tapi bukan denganku, dengan orang lain. sampai satu ketika aku sadar akan bahayanya. Memang benar kata chairil, "cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar".
Bicara apa kau min, bukan seperti itu maksudku. Apakah kau ingin mendengar ceritaku.
***Â
Mustafa pun melanjutkan ceritanya.
"Aku jatuh cinta dengan gadis dikampungku min. orangnnya menarik. Kami sering membicarakan banyak hal, sering pula kami beda pandangan. Walaupun orangnnya cengeng dan terkadang keras kepala, tapi satu yang membuatku tertarik padanya. dia punya sikap. sudah setahun ini aku menjalin hubungan dengannya, sampai merencanakan menikah. Namun gegara wabah corona ini, rencana kami akhirnya pupus.
"Kau pasti tahu, wabah corona mengharuskan setiap orang menjaga jarak, kita dilarang berkumpul dan berkerumun. Bagaimana gelar acara jika berkumpul saja tidak bisa. Benar, bisa saja kita nikah dulu, lalu kemudian resepsi, mungkin itu cukup untuk kami. Tapi bagaimana dengan keluarga, apakah mereka sepakat?. Sebab, bagiku, nikah bukan hanya persoalan menyatukan dua orang tapi juga dua keluarga. Tapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur min". Â