Pada satu malam yang dingin, bulan begitu terang dan itu adalah sebaiknya waktu untuk pergi melaut. Ikan biasanya berkumpul di bawah sinar bulan yang menembus permukaan air laut sampai dikedalaman.
"Aku akan pergi, ini waktu yang tepat, mungkin kembali besok pagi".
Pria nelayan kemudian mengambil bekal untuk satu malam, menyediakan alat pancing dan umpan. Tak lupa pula jaket dan penutup kepala yang telah disediakan istrinya.
"Hati-hati, akhir-akhir ini cuaca sering berubah tiba-tiba". Ucap istrinya.
Sebelum berangkat dia pergi ke kamar dulu untuk sejenak meninggalkan kecupan di kening Laut kecil yang sedang lelap. Setelah itu dia pergi menerobos lautan.
Sayangnya, itu adalah kali terakhir dia melihat istri dan anaknya. Pria nelayan tidak pernah kembali lagi. Hanya terdengar berita dari seberang. Ada nelayan yang ditemukan mengapung diperairan negeri jiran tanpa nyawa.
Laut kecil yang belum mengerti apa-apa, seringkali melihat ibunya duduk di depan pintu sambil menitikan air mata. Setiap hari seperti itu, bahkan kadang-kadang bicara sendiri. Kondisi fisik ibunya semakin drop, matanya cekung dengan lingkaran hitam dibawahnya tanda kurang istirahat, sedang tubuhnya bagai tulang bungkus kulit.
Satu tahun kemudian setelah kepergian bapaknya, tenda terpasang di depan rumah mereka. Orang-orang berkumpul sambil melantunkan bahasa yang masih belum dimengerti oleh Laut kecil. Itu kumandang bahasa do'a untuk ibunya yang telah tiada. Umurnya baru enam tahun, dia sudah kehilangan kedua orang tuanya.
Kini tinggal neneknya yang tersisa. Mereka berdua menjalani hidup seperti biasanya. Sekali waktu, neneknya terpikir untuk menitipkan Laut kecil pada adik mendiang bapaknya.
Di suatu pagi saat akan berangkat sekolah, dia menatap foto mendiang ibu-bapaknya lama-lama. Wajahnya sendu, ada air mata yang tak kunjung keluar. Seperti rindu yang di pendam dalam-dalam. Tetapi dia tak kunjung menangis. Padahal apa yang paling manusiawi dari manusia kalau bukan menangis.
Namun satu hal yang dia pahami, jangan bermain-main dengan lautan, sekali waktu dia bisa memberimu nama dan kehidupan, ada saatnya dia memberimu duka dan kematian.