Mohon tunggu...
Jay Z. Pai
Jay Z. Pai Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menulis saja

suka musik dan jalan - jalan.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Cerita dari Kedai Kopi yang Bernama Pulang

11 Maret 2021   16:50 Diperbarui: 11 Maret 2021   17:11 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Banyak orang tidak memiliki rumah, tapi mereka berhak memiliki rasa untuk pulang. Kalimat itu yang diucapkan oleh salah satu owner ketika ditanya kenapa Kedai Kopi ini di beri nama 'Pulang'.

Sebenarnya kata itu tidak sengaja keluar dari mulut temannya saat sedang mencari nama buat kedai mereka. "Bagi kami nama itu kayaknya tepat, siapapun, darimana pun asalnya, torang samua mo pulang" (baca : kita semua akan pulang). "kami tidak ingin nama yang muluk-muluk, simple saja". tambahnya. Kira-kira itu salah satu alasan kenapa kedai ini dinamakan Kedai Kopi Pulang.

Memang terdengar simple. Namun dalam strategi pemasaran, bukankah nama cukup menentukan. nama yang simple dan terkesan familiar di telinga  akan mudah di ingat konsumen. Semudah kita mengucapkan kata pulang. Sebab pulang adalah bahasa sehari-hari.  

Selain itu, setidaknya menurut saya, kata pulang mengandung makna yang cukup dalam. Kata ini tidak berdiri sendiri. Dia selalu mengandung obyek yang di tuju, seperti kata pergi. Ketika kita di tanya mau pergi kemana, jawabannya pasti tertuju ke suatu tempat, tempatnya pun bisa bermacam-macam. Begitupula dengan kata Pulang, dia selalu memiliki ruang yang hendak di tuju.

Kita mungkin bisa menunda waktu untuk pulang dan pergi, tapi kita tidak bisa menghilangkan tujuan. Sekalipun kita memilih diam di tempat dan tidak kemana-mana, tetap saja kedua hal itu adalah tujuan.

Tujuannya bisa bermacam-macam. Kita bisa menyebutnya rumah, kampung halaman, bisa pula orang tua, teman dan juga pacar atau apapun (anda bisa mengisi sendiri deretan daftar itu). Memangnya ada apa dengan perasaan Pulang?

Begini, kita mungkin pernah mengalami momen dimana kita benar-benar sibuk dengan rutinitas keseharian yang melelahkan. Lalu tiba-tiba perasaan kita berubah seperti mendapatkan undian berhadiah ketika jam menunjukan waktu pulang. Kenapa? Karena di kepala kita pulang adalah sebentuk kerinduan. Rindu untuk segera memeluk kenyamanan.

Anda mungkin pernah berada di suatu tempat dimana anda bahagia, dan anda tidak ingin lekas-lekas pergi malah ingin berlama-lama. Mungkin itu yang di maksud dengan rasa nyaman. Jadi bisa dibilang, dalam konteks ini, kata Pulang cukup indentik dengan dua hal ; kerinduan dan kenyamanan. Sehingga, soal tempat yang di tuju itu perkara kesekian. Selama ia menghadirkan kerinduan dan kenyamanan barangkali ia bisa di sebut tempat untuk Pulang.

Sampai disini, Pulang ternyata bukan cuma sekedar kata kosong. Dalam pada itu, Pulang bermakna psikologis sekaligus filosofis. Ekhuu.

Keunikan lainnya ialah, karena kedai kopi ini bernama Pulang, maka hampir semua menu minuman berisi kopi di beri nama Pulang. ini keunikan kedua yang dimiliki kedai ini selain namanya.

Nah, bagi anda yang berniat kerja lembur maka Pulang Pagi bisa menjadi pilihan. Pulang Pagi berisi minuman hasil kombinasi antara ekspresso dan jeruk nipis. Setelah memesan ini, bisa dipastikan mata anda akan tetap terjaga sampai pagi. Saya sendiri belum pernah memesannya, itu hanya pengakuan pengalaman dari teman. Selain karena memang saya belum berniat untuk pulang pagi waktu itu, saya justru memesan Milk Tea (teh susu). Ada juga Pulang Malam, ini jenis yang lebih soft dibandingkan Pulang Pagi. Dan banyak lagi aneka minuman lainnya yang bisa dinikmati.

Kopi Pulang terletak di samping pinggir jalan, kompleks Tanjung Batu Kota Manado tepat berdampingan dengan Kantor Pegadaian. Jika anda berniat, anda akan langsung menemukannya. Minggu lalu saya sempat mengunjungi kedai ini. Pengalaman yang saya tuliskan ini hasil cerita dengan pemiliknya. Jika anda penasaran, anda bisa langsung datang melihat dan menikmatinya sendiri. Harganya juga cukup terjangkau bagi kalangan kelas menengah-bawah seperti saya.

Selain dua keunikan tersebut, kedai kopi ini juga memiliki cerita yang menarik tentang bagaimana mereka bertahan di tengah pandemik covid-19. Saya akan coba mengulas itu dalam paragraf berikutnya.  

***

Salah satu elemen penting dalam laku ekonomi seperti kedai kopi ialah adanya kebiasaan kumpul-kumpul. Kita semua tau itu. Akan tetapi mewabahnya pandemik covid awal tahun lalu jelas merubah segalanya. Dalam rangka menekan angka penyebaran covid-19 maka interaksi sosial harus dibatasi : orang di larang berkumpul. Akhirnya perilaku kumpul-kumpul atau nongkrong nyaris hilang karena setiap orang disarankan bekerja dari rumah (work from home).

Persoalan itu cukup menyibukkan pemerintah untuk menata ekonomi warga hingga negara. Banyak bisnis ekonomi mengalami kemandekan. Hotel-hotel, rumah makan bahkan pasar tradisional yang menjadi salah satu penyangga kebutuhan pokok sehari-hari harus di tutup, tak terkecuali kedai kopi.

Beberapa pelaku bisnis menengah-atas akhirnya gulung tikar karena tidak mampu bertahan melewati krisis. Bagi pelaku bisnis yang sudah lama saja, dalam artian sudah di kenal dan memiliki pelanggan tetap, kebijakan pembatasan sosial cukup merepotkan. Apalagi bagi Kedai Kopi yang baru seumur jagung seperti Pulang.

Kedai Kopi Pulang berdiri tepatnya maret tahun lalu, tepat dimana pandemik menghantam Indonesia dan diumumkan sebagai bencana nasional (non-alam). Hal itu tidak mudah bagi kedai kopi seperti Pulang yang baru saja berdiri. Tanpa pelanggan bagaimana membayangkan adanya pemasukan. Sementara, membangun kedai kopi di Manado anggaranya tidak kecil. Kalkulasi biaya sewa tempat, fasilitas dan gaji karyawan harus terukur dengan benar. Jika tidak, maka kedai kopi ini hanya akan menambah daftar bisnis ekonomi kelas menengah yang gagal sebelum waktu panen tiba.

Kondisi tersebut membuat pemilik kedai kopi Pulang harus memutar otak untuk mencari cara bertahan di tengah krisis. Bagaimana mendapatkan pelanggan saat orang-orang diarahkan beraktifitas dari rumah, saat dimana interaksi sosial warga dibatasi.

Bagaimana caranya kedai kopi ditutup tapi tetap bisa jualan. Ini rumit, dari kalimatnya saja kontradiktif. Tutup tapi tetap buka itu bagaimana caranya. Ternyata yang dimaksud dengan itu ialah kedai di tutup untuk kumpul-kumpul dan ngopi di tempat. Namun kopi tetap di jual dengan cara take a way.

Sebenarnya pola demikian sudah lama, setelah beli langsung pulang, mirip mekanisme drive thru. Bahkan sebelum pandemik beberapa kedai kopi sudah menjalankannya. Yang rumit dari hal ini adalah merawat semangat melawan krisis. Akhirnya pemilik Kedai Kopi Pulang segera merubah mekanisme penjualannya.

Dengan cara para karyawan berjejer di depan kedai kopi dan melayani customer menggunakan pola take a way. Karena baru berdiri, kedai kopi ini baru memiliki dua orang karyawan, dengan keterbatasan seperti itu memang awalnya rumit dan membutuhkan penyesuaian. Belum lagi berhadapan dengan para pelanggan yang tetap ingin nongkrong sambil ngopi. Itu menambah persoalan lain.

Sebuah posisi yang cukup dilematis untuk sebuah kedai kopi yang baru saja berdiri. Di satu sisi harus memenuhi keinginan pelanggan, namun di sisi lain akan menabrak aturan pemerintah soal pembatasan sosial, jika dipaksakan ujungnya bisa dikenai sanksi. Sehingga untuk menghadapi pelanggan yang keras kepala diperlukan kesabaran tingkat dewa, jika kita tidak ingin kehilangan pelanggan maka harus berhati-hati dalam menjelaskan, sebab tamu adalah raja.

Kondisi tersebut berjalan hingga beberapa bulan, dan membuat Kedai Kopi Pulang benar-benar merangkak pelan di bawah aturan PSBB yang begitu ketat, awalnya mereka sempat pesimis namun ternyata hasilnya di luar dugaan. Tiga bulan awal sejak berdiri, kedai ini mendapatkan pemasukan yang cukup signifikan bahkan mengalami kenaikan sekian persen. Saya tidak bisa menuliskannya di sini karena hal tersebut berkaitan dengan rahasia perusahaan. hehehe

Sampai akhirnya masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di cabut oleh pemerintah Kota dan Manado ditetapkan bukan lagi zona merah. Walaupun pembatasan jam malam masih diberlakukan, tapi kedai kopi ini sudah bisa melayani pelanggan untuk nongkrong sambil ngopi dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Sekarang, tepat setahun kedai ini berdiri. Mereka sudah memiliki pelanggan tetap, bahkan berencana memperluas jejaring pelanggan lewat niatan membuka cabang baru. Saya mengetahui itu dari cerita salah seorang owner Kopi Pulang yang kebetulan teman saya. Selain sibuk dengan bisnis kedai kopi, dia juga mengajar di salah satu Kampus di Manado saat ini.

Ada yang menarik dari pengalamannya tentang kopi. Sampai tahun 2016, teman saya ini tidak tau minum kopi. Pantas saja setiap kali kumpul di manapun dia selalu memesan teh susu bukan kopi. Padahal, rata-rata pemilik kedai kopi hobi minum kopi. Karena hobi itulah maka mereka bangun kedai kopi. Kasus teman saya ini justru sebaliknya, tau minum kopi karena bisnis kedai kopi. Bahkan sekarang dia bisa menyeduh kopi seperti layaknya barista kebanyakan.   

Sekelumit cerita tentang kedai kopi yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi, cukup membuktikan bahwa Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tidak selamanya suram, malah mampu berdiri kokoh dihadapan pemodal besar yang gulung tikar akibat pandemik. Selalu saja ada jalan, asalkan tetap konsisten dan pantang menyerah.

Di tengah naik turunnya data covid-19 yang menjengkelkan, serta kaburnya kepastian kapan wabah ini berakhir, memang kita membutuhkan alternatif gerak ekonomi mandiri.  Beberapa kawan dekat sudah memulainya. Mereka sudah membuka bisnis dan mengelolanya sendiri. Ada yang berbisnis pakaian, makanan, minuman hingga sewa-menyewa mainan anak-anak. Ini satu langkah maju yang patut diapresiasi ; mengerjakan apa yang mereka obrolkan. Satu langkah maju yang saat ini baru bisa saya tuliskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun