Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pagi, Idealnya Coto Senen

17 Maret 2018   13:21 Diperbarui: 17 Maret 2018   14:52 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi-pagi saya sudah mendapat call WA dari sahabat Supriansa, Wakil Bupati Soppeng.

"Makan di mana pagi ini, ZT?" kicaunya, begitu indah di pendengaran saya.

Sebelum menjawab, saya langsung bangkit dari pembaringan, memperbaiki posisi.

"Di mana baiknya? Kau yang pilih!" desaknya.

Tak pikir panjang saya langsung jawab, "Pagi begini idealnya makan coto Makassar."

Dokpri
Dokpri
"Ini sudah mau jam sepuluh, Bro. Tapi bagus juga makan coto," sela Supriansa.

"Iya, Bos. Saya juga sudah sebulan ini nggak makan coto," ujar saya.

Supriansa yang tiba di Jakarta dua hari lalu itu pun bertanya, "Coto mana yang bagus?"

"Coto Senen!" jawab saya cepat.

"Ok."

"Yang penting Bapak nggak risih makan di situ!"

"Lho, kenapa?"

"Soalnya kaki lima. Warung cotonya di emperan."

"Emangnya kenapa kalo warung kaki lima?

Dokpri
Dokpri
"Bapak kan ini sudah pejabat sekarang. Apalagi pejabat daerah yang datang ke ibukota. Sudah tak cocoklah makan di warung kayak gitu."

"Sambarang tong kau ini, ZT!"

"Hahaha, biasanya kalau pejabat daerah ke Jakarta tempat makannya di Grand Hyatt, Grand Melia, atau hotel Mulia Senayan. Nongkrongnya di PP, PI dan PS." Saya menggodanya.

Supriansa mungkin tersentil. Saya susah membayangkan raut wajahnya.

"Saya nggak begitu, Bos ZT. Kau ini kayak nggak tau saya aja!"

"Hehehe..., saya bercanda, Bos Wabup. Ok, saya mandi dulu."

"Awwah, kau belum mandi ternyata, ZT!"

"Week end, Pak!"

Saya bergegas ke kamar mandi. Aroma Coto Senen sudah melintas di penciuman saya. Hinggap sejenak, menggelitik leher saya.

Coto khas Makassar di Jakarta ini saya rasa paling enak di dekat pasar Senen itu. Posisinya di ujung flyover, di Jalan Kramat Raya. Di jejeran warung jajanan yang berderet rapi di situ. Tepatnya di sudut, agak masuk sedikit di jalanan aspal satu arah yang sempit.

Sudah puluhan tahun warung  Coto Senen, berada di situ. Dan, tak pernah membuka cabang di kota metropolis ini.

Dokpri
Dokpri
Sampai di Coto Senen, penjual coto yang akrab saya sapa Daeng itu, langsung menunjukkan daftat menu yang terpajang mencolok mata, "Pesan apaki, Bosku?" tanyanya.

Saya langsung pesan JANDA, jantung daging. Supriansa TANPA PERASAAN, alias tidak pake hati.

Mangkok kedua saya baru TELANJANG, ato campur tidak pake handuk!

Hahaha.....

ZT -- Senen, 17 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun