Dulu, waktu dia masih Cipta masih menjabat Kepala Seksi --jabatan dibawah Kepala Bagian-- dia rajin telepon saya. Dia selalu panggil saya ke kantornya. Selalu mengajak saya ngopi di Mal dekat kantornya. Tentu bersama dengan pimpinannya, yang juga teman saya itu, yang kini berada dalam perlananan ke Jakarta
Sekarang? Hehehe...menghubunginya saja lewat handphone begitu susahnya. Begitulah si Cipta ini. Saya sabar sajalah!
Sembari memelihara sabar, saya menanti busway. Kali ini saya akan kembali ke jalur yang telah saya lewat tadi. Lalu saya bertanya ke petugas di loket tiket, “Busway jurusan Thamrin City yang mana, Mbak?”
Dia menggeleng, “Nggak ada, Mas. Kalau mau ke Thamcit, naik yang dari Ragunan. Turun di Dukuh Atas. Lanjut lagi, naik yang dari Blok M, turun di Tosari. Tinggal jalan kaki aja, Pak,” jelasnya.
Saya menepuk jidat sendiri. Bodoh sekali pertanyaan saya barusan. Saya juga sudah tahu! batin saya dongkol. Kedongkolan yang membuat saya tak peduli lagi, hingga saya nyaris lupa bahwa saya telah sukses duduk di atas busway jurusan Monas, di dekat seorang pemuda dekil dengan bau badan yang tak sedap.
Saya turun di halte Sarinah, ketika hujan masih tetap mengguyur bumi. Mungkin segelas cokelat hangat di Mc Cafe, akan jadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi saya sembari menanti sang kekasih pulang dari Thamrin City. Di situ saya akan menelponnya, bahwa saya menunggu di lantai dua Mc Cafe.
Namun begitu tiba di Mc Cafe, hati saya tersentak. Rupanya Luna sudah berada di situ bersama seseorang yang saya kenal baik. Seorang yang membuat dada saya tiba-tiba bergetar. Dia bernama Cipta Sirapin, pejabat kepala bagian di kantor yang tadi akan saya datangi di kawasan Kuningan.
Sialan, kini betul-betul tak ada busway jurusan Thamrin City.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H