Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menanti Busway Jurusan Thamrin City

21 Februari 2017   08:24 Diperbarui: 25 Maret 2018   20:29 9796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Mungkin hanya tiga halte dilewait hingga saya sudah sampai di tujuan. Halte Gelora Sumantri Brojonegoro. Saya nggak ngerti ada hubungan apa dengan mantan menteri keuangan yang berbadan subur itu? Jangan dipikirin, ah! Yang saya perhatikan begitu saya menjejakkan kaki di lantai plat besi halte adalah gedung berwarna cokelat di seberang sana. Di atasnya ada semacam bulatan mirip kubah masjid. Namanya Gedung Sentra Mulia. Lantai 16 atau 18 tujuan saya. Ada beberapa kawan di sana yang semoga sudi menerima saya sore begini.

     Namun begitu, saya langsung tertahan.

     Sontak hujan turun begitu derasnya, yang memaku saya di halte ini. Memang sejak dari bundaran HI tadi, saya lihat awan tebal kehitaman bergayut manja, siap jatuh ke pelukan bumi. Untung ada beberapa tempat duduk stainless steel memanjang ukuran empat orang. Di situ sudah ada dua gadis manis, dan ehh... yang satu cantik sekali, sedang duduk dan asyik ngobrol sembari menunggu busway jurusan Manggarai. Mungkin mereka mahasiswi Universitas Bakrie yang kampusnya dekat sini, pikir saya.

     “Permisi, saya bisa duduk di sini?” tanya saya santun.

     “Bisa,” jawab cewek yang cantik sekali. Dia memakai sepatu kets Converse warna putih ukuran pendek. Kenapa saya langsung perhatikan sepatunya? Sebab saya pernah punya sepatu begitu tapi yang ukuran tiga perempat.

     Gadis itu bergeser sedikit. Saya duduk sambil memeluk ransel merah maron milik saya. Begitu rapat dengan gadis itu. Begitu wangi ia dengan aroma rose essential yang berhembus bersama serpihan gerimis, menyapa penciuman saya. Sungguh, saya merasa sangat familiar dengan keharuman yang seolah-olah melingkupi ruang halte yang sangat terbuka ini. Hujan yang makin deras mungkin kalah pamor sama pesona kedua gadis disamping saya ini. Itupula yang bikin saya tak tenang, untuk segera mengambil inisiatif berinteraksi lagi dengan mereka.

     “Pakai Bvlgari ya, Dek?” tanya saya berusaha sok akrab.

     Si Cantik mengangguk.

     Si Manis menjawab, “Iya. Kok bapak tahu?”

     “Isteri saya juga pakai Bvlgari,” sahut saya.

     “Ohh.” Kedua gadis itu saling memandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun